Setelah selesai dengan ujiannya,Dhiya langsung keluar dari kelas tak lupa memasang headset agar tidak terganggu dengan omongan orang yang kurang berfaedah menurutnya.
Saat melewati parkiran Dhiya tak sengaja melihat Alif yang sedang membuka kan pintu buat Dini. Pandangan Alif dan Dhiya tak sengaja bertemu. Dhiya menatap Alif dengan datar lalu pergi.
Alif yang melihat itu hanya diam. Karena dia pun sendiri bingung harus berbuat apa. Sedang dirinya dan Dini sudah terikat.
Dhiya sampai depan gerbang sekolah,tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Dhiya. Dan keluar seseorang dengan dua kancing kemejanya terbuka dan lengan kemeja yang di gulung sampai sampai siku.
Dhiya sampai mengangga tak percaya dengan apa yang diliat sekarang. Banyak dari teman sekolahnya memperhatikan mereka.
"Loh ngapain disini?" tanya Dhiya bingung.
"Mau jemput loh,kan gw udah bilang mau jemput."
"Ya maksudnya gw,ganti baju dulu kek,jangan pake baju kantor gini nanti gw di kira simpanan om-om lagi." ucap Dhiya kesel.
"Heh!! Uncup gw masih muda ya." balasnya sambil menoyor kening Dhiya.
"Sakit bego!!!" balas Dhiya tak terima.
"Udah ayo,pulang." ucap David menarik Dhiya masuk kedalam mobil. Dan Dhiya hanya diam.David memutari mobil lalu masuk
"Lo mau pasang seatbeal sendiri atau gw pasangi." tanya David yang di hiraukan oleh Dhiya.
Dhiya menahan napas saat wajah David yang tinggal 5 cm lagi menyentuh ujung hidungnya. Dengan santai David memasang kan seatbeal Dhiya.
"Makanya kalau orang tanya itu di jawab." ucap David. "Bernapas!!!" lanjut David. Dhiya langsung bernapas.
David hanya tersenyum melihat tingkah Dhiya yang cukup lucu.setelah itu David menjalankan mobil dengan kecepatan rata-rata.
"Ini mau pulang atau makan dulu?" tanya David.
"Makan dulu gw lapar." jawab Dhiya namun matanya tetap tertuju pada hp nya.
David mengangguk lalu Membawa mobil ke sebuah warung bakso sederhana,warung itu kesukaan David. Setelah sampai Dhiya dan David langsung keluar dari mobil.
David pikir Dhiya bakalan berkomentar tentang tempat makan yang David pilih.
"Loh ngak papa kan kalau kita makan disini?" tanya David saat mereka duduk ditempat yang disediakan.
"Ngak papa asal makan." balas Dhiya.
"Kang." panggil David sambil mengangkat tangannya.
"Iyaa mas,mau pesan apa? Tanya kang baksonya.
"Loh mau apa Dy?" tanya David.
"Bakso pangsit."
"bakso pangsitnya 2 sama es teh 2 ya kang." ucap David.
"Iyaaa mas,ditunggu." ucap akangnya lalu pergi.
Selang berapa lama, makan mereka datang, mereka makan tanpa suara sampai batuk Dya membuat David mengalihkan pandangan pada Dhiya yang terbatuk.
"Ehhh Dy...Dhiya." panggil David yang langsung berdiri di belakang Dhiya.
Mengusap punggung Dhiya lalu memberi Dhiya air minum. "Ini minum dulu,pelan-pelan." ucap David.
Dhiya langsung mengambil air yang dibere David,dan itu membuat sedikit tenggorokan sedikit membaik.
"Udahh,loh duduk lagi sana." usir Dhiya,karena menjadi pusat perhatian membuat Dhiya risih.
David mengikuti ucapan Dhiya,namun tatapan matanya tetap menuju pada Dhiya. dengan tangan yang terus berada di pundak Dhiya.
"Makanya makan itu pelan-pelan,keselek kan jadinya." omel David.
"Loh ihh,orang habis keselek juga lu omelin." kesel Dhiya.
"Makanya jangan kayak gitu,gw khawatir." ucap David melembut. Membuat Dhiya diam. Menatap dalam mata David.
Apa yang harus dia lakukan? Haruskan ia memilih David dan meninggalkan Alif.
Dhiya membuat pandangan membuat David juga tersadar. "Udah yuk pulang." ajak Dhiya yang langsung di iyakan oleh David.
Dhiya mendahului David,karena David harus membayar makanan mereka tadi. Dhiya menunggu David didepan mobil.
Setelah Melihat David,Dhiya langsung masuk dan menunggu David didalam mobil. Setelah David masuk barulah mereka menjalankan mobil.
Didalam mobil pun tidak ada percakapan di antara mereka. Karena tanpa David sadari Dhiya tertidur. David yang merasa aneh langsung melihat ke arah Dhiya dan mendapati Dhiya tertidur.
David tersenyum lalu tangan kirinya mengusap kepala Dhiya dengan sayang. Dhiya mengeliat namun tak membuka mata.
David menjalankan mobilnya dengan sedikit lambat,dia ingin lebih lama bersama Dhiya,dan melihat Dhiya tertidur seperti ini adalah hal yang langkah buatnya.
Tangan David turun mengenggam tangan Dhiya,genggam itu seakan menyalurkan rasa David pada Dhiya. Selang beberapa lama David sampai di depan rumah Dhiya.
Setelah memarkir mobil David,kembali mentapa Dhiya lama,menatap setiap inci muka Dhiya. David lalu kembali mengusap kening Dhiya,membuat Dhiya mengeliat,saat Dhiya membuka mata,tatapan mereka bertemu.
Dhiya tersadar,langsung mendorong David pelan membuat David juga sadar akan yang dia lakukan.
"Udah sampai." ucap David tenang dan datar.
Dhiya mengerutkan keningnya. "Loh kenapa?"
"Ngak papa."
"Serius?" yakin Dhiya.
"Iyaa,udah loh masuk gih,nanti Bunda nyari loh." ucap David seakan mengusir Dhiya. Membuat Dhiya merasakan sesak.
Dhiya turun tanpa mengucapkan sepatah kata pun,membuat David merasa bersalah.
"Assalamualaikum." ucap Dhiya.
"Wa'alaikumsalam." jawab santi. "Darimana kamu Dy kok baru pulang." lanjut Santi.
"Habis makan sama David,David juga titip salam itu." ucap Dhiya. "Yaudah aku kekamar ya."lanjut Dhiya yang langsung naik kekamar tanpa menunggu jawab Santi.
Sesampai dikamar,Dhiya langsung menyimpan tas dan sepatunya lalu menuju kamar mandi. Tak sampai 10 menit Dhiya selesai dan keluar dengan mengunakan baju tidur monokorobo.
Dhiya menuju balkon kamar menatap langit kamar yang penuh bintang.
"kau terlalu terburu-buru dalam mengucapkan rasa. Layaknya roller coaster,semangatmu kencang dan meninggi,tanpa kau sadari kau bisa saja jatuh menukik dalam waktu yang sama."
Dhiya lalu masuk menutup pintu balkon,mematikan lampu kamar lalu menuju kasur,menutup dirinya dengan selimut berharap setelah ini tak ada lagi rasa sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
WHERE MY HOME? (REVISI)
Fiksi RemajaFOLLOW DULU KARNA ADA BEBERAPA PART YANG TERKUNCI❗❗ Jangan lupa follow dan vote❤ Vote dari kalian adalah kesenangan tersendiri bagi author. ❗WARNING❗ TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA❗❗ **** Sesuatu yang rusak bukan berarti yang lainnya rusak. Jika rusak...