26

441 12 0
                                    

Dhiya,David dan orang tua Dhiya sampai dirumah dengan selamat,Suami Santi turun untuk membantu Dhiya turun. Sedangkan David menurunkan barang-barang Dhiya. Sesampai di ruang tengah. Dhiya meminta Ayahnya untuk mengantarnya kekamar.

"Yah,langsung kekamar aja ya." ucap Dhiya yang di angguki sang Ayah.

Sedangkan David masih berada diluar bersama Santi. Membawa barang-barang Dhiya sambil bertukar cerita.

"Tan,barang Dhiya David bawa langsung keatas aja ya,biar Omnya ngak kerja 2 kali.

"Ngak papa biar Om aja yang bawa keatas." Tolak halus Santi.

"Udah ngak papa Tan. Kamar Dhiya yang mana Tan?" tanya David.

"Naik keatas kekiri dikit pintu hitam itu kamar Dhiya." jelas Santi.

"Tante kedapur dulu ya." lanjutnya yang diangguki oleh David.

Setelah itu David naik keatas untuk menyimpan barang-barang Dhiya sesampai diatas David mendengar percakapan Dhiya dan Ayahnya.

"Dy,nanti kalau Ayah cerai kamu mau ikut Ayah atau Bunda.?"tanya Ayah.

"Kenapa harus cerai?"

"Ayah cuman tanya aja."

"Dhiya ngak bisa milih."

Keduanya terdiam beberapa saat. Hingga Ayahnya Dhiya memutuskan untuk keluar.

"Kamu istirahat ya." ucap Sang Ayah.

David langsung sigap mengubah posisinya menjadi biasa-biasa saja agar Ayahnya Dhiya tak curiga.

"Om." sapa David. Yang mendapat sebuah senyuman saja.

David masuk kamar langsung melihat Dhiya menangis dengan kepala yang dia sembunyikan di kedua lututnya.

"Dhiya." panggil David sambil mengusap punggung Dhiya.

Dhiya mengangkat kepalanya dengan mata sembab merah dan hidung yang merah. David yang melihat itu sakit. Kenapa harus Dhiya yang merasakan itu semua?

"Dhiya loh yang sabar ya,loh percayalah Tuhan tidak perna memberi sesuatu diluar kemampuan umatnya." jelas David.

"G..ww capek Vid,sungguh capek!!!! Kenapa harus gw yang rasain semua ini?? "

"Apa air mata gw belum cukup membuktikan bahwa gw bener-bener capek. Apa rasa sakit gw belum cukup? Apa lagi yang harus rasain? Apa!!!??"

"Gw capek David, Capek!!!!" ucap Dhiya lalu menangis sejadi-jadinya.

David langsung memeluk Dhiya,membiarkan Dhiya nangis di bidang dadanya. Membuat baju David basah. David mengusap kepala Dhiya dengan sayang. Membuat Dhiya semakin mempererat pelukannya.

"Udah Dy, gw sakit liat loh nanti terus kayak gini." ucap parau David.

"G..ww capek Vid." ucap Dhiya sesegukan.

Dhiya melepaskan pelukan lalu menatap David dalam. "Kenapa loh bisa sayang sama gw?"

"Apa pertanyaan itu perlu gw jawab?" tanya balik David.

Dhiya mengangguk.

"Cinta ngak perlu alasan."

"Jadi kalau seandainya loh pergi,gw ngak berhak bertanya kenapa loh pergi? Karena loh kan datang tanpa alasan dan perginya juga bisa tanpa alasan?" jelas Dhiya panjang lebar.

David terdiam beberapa saat hingga akhirnya tersenyum sambil mengusap  kepala Dhiya.

"Kalau seandainya gw nyakitin loh,loh boleh pergi dan ninggalin gw."

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang