Alif bahkan belum berpindah dari tempat semula,dia masih tetap di posisi disaat Dhiya pergi. Menatap ke arah danau yang gelap.
Dalam hatinya,belum bisa mengikhlaskan Dhiya,namun apa yang harus dirinya lakukan? Mau sampai kapan dirinya berjuang,sedangkan orang yang dia perjuangan tak melakukan apapun. Sedangkan disisi lain ada seseorang yang setia menunggu dirinya.
"Tak ada salahnya untuk membuka hati pada orang lain." Alif kaget dan langsung berbalik. Dan mendapati Dini sambil tersenyum hangat.
Dini menghampiri Alif dan duduk disampingnya. "Gw denger semuanya." ucap Dini.
"Gw ngak akan memaksa loh buat buka hati sama gw. Kalau memang loh ngak bisa nerima gw sebagai pacar loh gw ngak papa.Tapi biarkan gw tetap ada disamping loh ya,karena hanya itu yang bisa buat gw deket sama loh."lanjut Dini.
Alif menatap dalam Dini,mata Dini dan Dhiya berbeda,bahkan sampai saat ini mata Dhiya masih menjadi hal favoritnya. Alif mengusap kepala Dini dengan halus.
"Bantu gw buat bisa sayang sama loh ya." ucap Alif.
Dini yang mendengar itu langsung tersenyum dan langsung memeluk Alif. Alif membalas pelukan tersebut sambil tersenyum.
"Pulang yuk." ucap Dini
Alif langsung berdiri dan mengulurkan tangan pada Dini ya diterima dengan senang hati.
***
Beberapa setelah kejadian,Dhiya merasa semuanya seperti sebelumnya.
Dhiya keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan santai. Sesampai dibawa Dhiya tak melihat siapa-siapa. Akhirnya Dhiya pergi dapur untuk mengambil beberapa cemilan dan menuju ruang tv.
Dhiya ingin nonton barbei dan film kartun lainnya. Setelah mendapat posisi enak,Dhiya menonton dengan santai dengan keripik yang berada di pangkuannya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam." ucap Dhiya lalu melihat kearah orang yang memberi salam.
"Loh bun? Darimana? Dya kira bunda dikamar." tanya Dhiya.
"Dari pasar,kamu di bangunin ngak bangun-bangun." jawab Santi sambil berjalan menuju ke dapur.
Dhiya diam tak menjawab,dan melanjutkan apa yang tertunda.
Driiinggg driiing
"Haloo."
"Iyaaa halo." jawab Dhiya.
"kamu dimana?" tanyanya
"Dihati orang." jawab Dhiya sekeneknya.
"Aku serius kamu dimana?" tanya sedikit kesal.
"Gw dirumah David." jawab Dhiya dengan malas.
"Yaudah aku otw,kamu siap-siap!!" setelah itu David mematikan telfon sepihak.
"Ehhh mau kemana!!???" tanya Dhiya namun tak mendapat jawab yang ternyata David sudah mematikan telfon tersebut.
"Ihhhh tuh orang,gw makan ngak lama." kesal Dhiya lalu naik kekamar untuk bersiap-siap.
Setelah selesai Dhiya keluar dari kamar dengan malas,Santi yang melihat itu menyeritkan keningnya bingung.
"Kamu kenapa? Kok mukanya kusut gitu?"
"Ngak papa bun,cuman ngak mood aja,..dipaksa jalan sama David." jelas Dhiya.
"Oalah,aish kamu ini ngak boleh gitu." ucap Santi.
"Iyaaa Bundaaaa.Dya pergi ya Assalamualaikum" jawab Dhiya lalu pamit.
Dhiya menunggu David di teras rumah dengan kesal,terdengar suara klakson mobil Dhiya yakin itu David,dan Dhiya langsung berdiri menghampiri mobil Dhiya. Namun tiba-tiba berhenti ketika melihat seorang cewek keluar dari mobil David yang tak lain dan tak bukan itu Tata.
Dhiya langsung memasang muka datar,menunggu ajakan David untuk masuk kedalam mobil.
"Dhiya ayo masuk,tapi ngak papa kamu di belakang." tanya David yang tak mendapat jawaban dari Dhiya namun melihat gerakan Dhiya menuju kursi belakang.
David dan Tata masuk kedalam masuk kedalam mobil setelah melihat Dhiya masuk. Didalam mobil pun tak ada percakapan semuanya sibuk masing-masing namun Terkadang David mencuri pandang lewat kaca Spion.
Dhiya menatap keluar jendela, Dhiya baru menyesal kenapa dirinya tidak menolak tadi?. Dan sekarang moodnya benar-benar hancur sekarang. Dhiya melihat langit yang tiba-tiba menurunkan tetesan air yang kelamaan menjadi hujan yang deras.
Sesampai direstoran,Dhiya melihat David keluar terlebih dahulu lalu memutar kesamping,Dhiya pikir David berputar untuk dirinya namun nyata itu untuk Tata.
"Sesungguhnya berharap lebih itu tidak baik buat hati."
Dhiya melihat itu lalu keluar dengan lalu berjalan kearah restoran dengan basah-basah.Dhiya pun hanya mengerutuk dalam hati. David masuk bersama Tata diikuti oleh Dhiya dari belakang. Dhiya melihat interior resto itu cukup bagus dan Dhiya suka.
David berjalan diikuti Tata dan Dhiya sampai diruangan VIP, Dhiya menyeritkan keningnya bingung.
"Dya,duduk disitu dulu ya." ucap David dan Dhiya menurut.
Setelah itu David naik kepanggung. Dengan pakaian yang sudah terganti. Dhiya hanya menatap David sampai pada akhirnya tatapan mereka bertemu. Namun dengan cepat David memutuskan kontak. Ada rasa sesak yang di rasa Dhiya saat David memutuskan kontak.
Tiba-tiba sebuah video terputar dimana. Dimana didalam video tersebut terdapat 2 orang yang sangat bahagia. Tersenyum seakan bersyukur atas pertemuan Tuhan yang ditakdirkan.
Tata naik di atas panggung dengan dress simple namun elegan. Setelah video selesai.
David berlutut didepan Tata sambil mengarahkan Cincin. " Will you marry me." ucap David yang langsung di iyakan oleh Tata. Semua orang berdiri sambil bertepuk tangan. Dhiya diam melihat semuanya.
Apa maksudnya? Kenapa harus seperti ini? Dhiya langsung keluar tanpa dari ruangan tersebut David melihat itu lantas turun dari panggung mengejar Dhiya. Semua orang melihat itu termasuk Tata namun Tata hanya diam.
Dhiya berlari dengan tergesa-gesa sesampai diluar dia terjatuh. Dhiya duduk dengan wajah yang keatas membiarkan hujan turun mengenai wajahnya.
"ARGGGHHHHHH." Teriak Dhiya lalu menutup matanya. Dhiya benci ini.Kenapa!!!!!!
"Dhiyaaa." panggil David lalu memeluk Dhiya.
Dhiya diam dengan isakan kecilnya. lalu melepaskan pelukan itu dan berdiri,David ikut berdiri. David menatap mata Dhiya yang merah. Tanpa bertanya lagi Dhiya pergi. Namun di tahan oleh David.
"APA LAGI!!!!???" tanya Dhiya sambil menghentakkan tangan David.
"Please jangan pergi." ucap David.
"Loh gila!!! Ngak ada otak loh!!!?? Loh baru saja ngelamar cewek di depan gw,terus loh bilang sama gw jangan pergi?? Loh cowok bukan sih HAH!!!" teriak Dhiya dengan tangan yang terus bergerak memukul dada bidang David.
David menahan tangan Dhiya membuat Dhiya menangkat pandangan menatap David. Dhiya langsung menghentakkan tangannya.
"Jangan ngangu gw,dan Selamat atas lamaran lo dan Tata. Gw turut bahagia." lanjutnya lalu pergi, David pun hanya menatap kepergian Dhiya.
Ingin sekali rasa menahan tubuh itu agar tak menjauh tapi dirinya pun tidak bisa melakukan itu. Hati dan pikiran tidak sejalan.
Dhiya menyetop taksi lalu masuk,didalam mobil Dhiya hanya diam,ingatkan kembali terputar atas kejadian tadi.
"Neng udah sampe." ucapnya.
"Oh iyaaa,ini pak kembalian ambil aja." balas Dhiya lalu keluar dari mobil.
Dhiya masuk kedalam rumah,dan langsung menuju kamar. Sesampai dikamar Dhiya langsung membersihkan dirinya. Setelah selesai Dhiya langsung menuju balkon kamar,menatap langit terus menerus menangis.
Langit seakan mengerti dirinya. Hujan semakin deras di ikuti suara guntur yang keras.
Dirinya harus siap menerima itu,dirinya harus siap menerima Takdir apapun yang terjadi sudah Tuhan tuliskan untuk dirinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
WHERE MY HOME? (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU KARNA ADA BEBERAPA PART YANG TERKUNCI❗❗ Jangan lupa follow dan vote❤ Vote dari kalian adalah kesenangan tersendiri bagi author. ❗WARNING❗ TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA❗❗ **** Sesuatu yang rusak bukan berarti yang lainnya rusak. Jika rusak...