45. END( Mikayla)

971 17 3
                                    

Di hadapkan antara iya atau tidak, di buat binggung akan semua kenyataan yang belum tentu pasti tapi hari ini terus mengatakan bahwa iya. Di malam yang sunyi dengan ramainya sekeliling aku memilih menyendiri, menyendiri menghilangkan penat yang seakan menjadi duri di hidup. Kini semua penantian telah terbukti, hati yang mati kembali hidup bersemi. Senyum yang memudar kembali merona menggambarkan kebahagiaan yang amat ku nanti.

Tersenyum menatap seorang gadis yang tengah terbaring lemah tak berdaya, entah hati ini harus sedih atau gembira, di satu sisi aku bahagia telah bertemu seorang yang selama ini kucari, tapi di sisi lain kenapa saat semuanya terbukti kita bertemu dalam keadaan seperti ini.

"Mikayla, gue akan nunggu lo sampai lo inget siapa lo sebenernya," ujar Rey dengan menggenggam tangan Mikayla.

Gadis itu mulai membuka mata perlahan, mencoba bangkit dari rasa sakit yang ada.

"Gue di mana?"

"Lo di rumah sakit, tadi lo pingsan," jelas Rey yang sedikit cemas.

tiba-tiba seorang perempuan paruh baya, datang menghampiri Sarada dengan wajah cemas. Ia sungguh sangat mengkhawatirkan keadaan Sarada.

"Sarada ini mama nak, bagaimana keadaan mu?" tanya Mira.

"Sarada gak papa cuman sedikit sakit aja. Ma, sebenernya Sarada ini siapa? kenapa orang-orang selalu ngira bahwa Sarada ini Mikayla? Sarada cape hidup kek gini. Sarada ingin Mama jujur," tutur Sarada, rasanya ia mulai jengah dengan semua omongan orang. Ia tak suka selalu di banding-bandingkan dengan orang lain.

"Sarada, Mama butuh waktu untung jelasin ke kamu. Ada saatnya tapi tidak sekarang."

🔛

Saat semua orang sibuk dengan pelajarannya, Rey lebih memilih untuk menjenguk Sarada, memang untuk saat ini ia harus terbiasa memanggil Mikayla dengan sebutan Sarada demi memulihkan ingatan Sarada.

Rey berjalan menyusuri koridor rumah sakit, dengan membawa bunga. Siapa yang tak suka bunga? makanya Rey berasumsi dengan bunga ia bisa mengembalikan ingat Sarada secara perlahan. Kalo di ingat Mikayla suka sekali pergi ke taman untuk melihat bunga, sampai-sampai Rey dan Mikayla sampai tertidur di taman berdua.

"Selamat pagi, My Dear," sapa Rey dengan memberikan bunga kepada Sarada.

"Bisa gak sih lo gak tau panggil gue dengan panggilan alay. Gue ingetin nama gue S A R A D A. Inget!" ujar Sarada ia pun sampai mengeja namanya agar Rey paham.

"Dan satu lagi makasih bunganya gue suka. Kok lo ke sini pagi-pagi gini?" tanya Sarada ia melontarkak tatapan sinis kepada Rey.

Senyum di wajah Rey terukir dengan kebahagian Sarada, tapi kenapa wajah Sarada seperti orang yang ingin memakannya.

"Santuy mbk, Gue males," ucap Rey secara santai.

"Dasar pemales! mending lo sekolah dari pada di sini."

"Yakin nyuruh gue pergi nih," ledek Rey dengan tatapan jahil.

"Serah lo deh. Kok gue kaya inget sesuatu pala gue pusing."

"Jangan mencoba mengingat kalo lo belum bisa."

🌼

Hari demi hari berlalu, semua usaha sudah mulai berjalan dengan lancar. Ingatan seseorang perlan mulai kembali. Hati yang hancur mulai bersemi. Kenangan mulai terkumpul dalam memory. Semua keadaan perlahan membaik. Seorang mulai menemukan jati dirinya. Bahagia rasanya melihat seorang yang kita sayang mulai kembali seperti semula.

"Kak Mikayla, gimana sekarang keadaannya?" tanya Keysa yang melihat Mikayla sudah kembali bersekolah.

"Wah Ketua geng the queen bees comeback," ucap Maris yang menyambuat kedatangan sahabatnya.

"Gue kangen sama lo Kay," ucap Nabila dan Aleta.

"Gue baik kok Key. Gue kangen banget sama kalian," ucap Mikayla yang tersenyum ia pun memeluk para sahabatnya itu.

Seorang gadis datang kehadapannya memberikan salam selamat.

"Meilan gue ucapain makasih banget sama lo, karna lo sudah mau bantuin gue untuk bangkit. Lo juga udah jagain Rey," tutur Mikayla yang sedikit meledek Meilan.

Seorang pria datang merangkul Meilan ia memberikan senyum yang sangat bahagia kepada Meilan. Yah dia adalah Juna sebulan yang lalu Juna memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Meilan. Dengan berbekal kepercayaan diri cinta Juna pun terbalas. Ternyata diam-diam selama Meilan berusaha melupakan Rey. Meilan mulai mengagumi Juna, karna Juna lah yang paling perhatian.

"Azek pacarnya datang. Apalah daya kita yang zomlo ini," beo Maris yang meledek Meilan dengan Juna.

"Kita gue si gak. Ada Bara yang selalu gue tunggu," balas Keysa yang kembali meledek Maris otomatis muka bahagia berubah menjadi kusut seperti baju yang kurang seterika.

"Untuk semua orang yang berada di sini, tolong merapat ada pengumuman," teriak Rey yang sedang berada di taman.

"Ngapain sih lo. manggil-manggil orang," ucap Mikayla yang binggung dengan tingkah laku Rey sementara Juna, Meilan, Keysa, Nabila dan Aleta hanya terkekeh melihat kebodongan Rey.

Semua orang berkumpul di tengah-tengah keberadaan Rey.
Saat semua sudah berkumpul, Rey bertekuk lutut layaknya seorang pangeran yang ingin melamar sang putri.

"Mikayla, mau kah engkau menjadi pendamping hidup ku?" tanya Rey di semua hadapan Siswa dan siswi.

Pipi Mikayla merona merah, tak di sangka lelaki menyebalkan ini dapat membuat adegan seromantis pangeran. Rasanya Mikayla ingin terbang.

"Terima."

"Terima."

"Terima."

Semua orang berteriak kata "Terima" haruskah Mikayla menerimanya? dengan rasa malu dan juga tersipu ia berkata "Gue terima."

Semua orang bersorak bahagia, bertepuk tangan, ada yang sampai menangis karna terbawa suasana.

Kebahagiaan itu pecah karna guru kiler Bu Mareta mengamuk melihat semua murid yang tidak menaati peraturan. Semua murid berlarian sambil tertawa ria. Rey menarik tangan Mikayla untuk bersembunyi agar tidak bertemu dengan guru kiler itu.

......

Pengumuman

Untung para readers Hate But Love, aku akan segera tamatkan cerita ini, karna 1. Ide udah buyar
2. Aku mau fokus sama cerita baru ku RAIN.

Jangan lupa kelewatan dari beberapa part terakhirnya😋.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate But Love(On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang