6 - Pertemuan Perdana

4.7K 849 100
                                    

Celemek William belum terpakai, namun tangan kanannya ditarik lebih dulu oleh Harsya keluar area dapur.

"Ngapain sih?! Itu tumpukan piring udah kayak utang negara, kalo nggak gue beresin bisa keburu kena amuk sous chef!" Seru William tak kira-kira.

Tarikan napas sabar dilakukan oleh Harsya tatkala menghadapi sifat pelupa sang sahabat.

"Kita dipanggil Tante Shafira. Ini sebenernya gue yang rajin, atau lo yang amnesia?"

"Ah elah, sekarang banget?"

"Menurut lo?!" Sela Harsya. "Lagian tumben amat rajin jadi budak dishwashing, biasa juga ngemilin makanan sisa tamu dulu baru nyuci!"

"Gedek gua sama isi rumah."

"Nyokap lo nggak pulang lagi?"

Bahu William mengedik cuek, suratan iba menerjang Harsya seketika.

"Ya udah, kita temui si tante dulu, habis itu kita lunasin bareng tuh utang negara. Hehehe.." berbeda dengan William, perasaan Harsya mendadak terasa mekar hari ini. Entah karena besok Malam Minggu, atau terdapat sebab tak terlihat.

Tentu, dua orang itu sibuk merapikan diri di ruang ganti karyawan. Istilah kerennya, mereka anti kucel di hadapan tuan putri pemilik restoran dan katering ini, siapa tahu suatu hari nanti bakal berjodoh kalau sudah sukses?

Begitulah kutipan kalimat Harsya setiap kali ia dipanggil Tante Shafira, entah untuk mengurus pakan kucing peliharaan atau dimintai tolong membeli sabun cuci piring.

Pintu terketuk dua kali, William dan Harsya memasuki ruang kerja pribadi berhias wallpaper gradasi kuning gading dan putih tersebut. Ada meja bundar serta beberapa kursi berderet tertata yang dua orang itu familiar jumpai ketika ada rapat, tampak terisi oleh empat orang pemuda tak dikenal, sama-sama mengenakan kemeja beda warna dan motif serta celana jeans panjang.

Salah satu pemuda itu membinarkan mata saat bersitatap dengan William.

"Lah, Ko Reno?!"

"Idih, ngapain lo di sini, Cong?!"

Dua orang itu melakukan tos akrab, mengherankan empat orang lainnya.

"Lo kerja di sini? Dari kapan?!" Reno, tak percaya akan penglihatannya menemukan si adik kelas, William, terlihat berkeringat pagi-pagi begini.

"Udah lama, Ko. Koko gimana ceritanya bisa di nih tempat? Jangan bilang kerja juga? Om, tante, sama Ci Irene tahu?"

"Tahu lah! Malah mereka nyuruh gue ngisi kegabutan di sini daripada cari masalah. Anjir.. ngerokis doang kayak berasa habis maling elpiji tiga kilo!"

"Ooh.. jadi bener dong kata temen-temen gue, kalo anak kelas 12 yang ketahuan ngerokok itu elu? Diomongin lu, Ko, di kelas gue. Parah."

"Makanya. Udahlah, ribet pokoknya."

Heboh sendiri mumpung sang pemimpin tidak ada di tempat, Harsya iseng mendekati seseorang yang terlihat bengong memandang kecerewetan Reno dan William.

"Harsya, Bang. Salam kenal."

"Arif." Lelaki itu menyalami Harsya cukup hangat. "Bocil amat, kelas berape lu, tong?"

"Hehe.. sembilan, Bang. Anak Labsky."

Baik Arif maupun kawan kental di samping kanannya, Galih, sama-sama terbelalak kaget.

"Buset.." lirih Galih. "Ini orang-orang berduit ngapa pada ngumpul di mari dah? Si Reno dari Binus Simprug, ini Fauzi anak Labschool juga. Terus, itu temen lu jangan bilang masih sekolah juga?!"

AKARSANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang