20 - Rekonsiliasi II

3K 604 36
                                    

*(backsound) John Mayer - Say 🎶*

-----*****-----

Table setting khusus sektor VIP telah rapi dikerjakan oleh William dan para server, termasuk peletakan gelas red wine, bread and butter plate plus spreader. Tersenyum puas, remaja berusia 16 tahun itu bergegas mengganti kemeja merah marun dan ripped jeans-nya dengan setelan kemeja putih, rompi, dasi, serta celana panjang hitam di toilet. Tak lupa memakai kaus kaki dan sepatu pantofel berwarna sama.

Lokasi resepsi pernikahan aktor dan aktris perfilman tanah air pada hari Minggu malam ini diselenggarakan di JCC Senayan, melibatkan wedding organizer terkenal yang juga merupakan rekan bisnis Tante Shafira. Sejak siang hari, pandangan keenam remaja itu disegarkan oleh lalu lalang orang berjabatan penting di industri hiburan. Jika kurang fokus sedikit, tentu mereka bisa lebih memilih untuk berkeliling meminta foto dan tanda tangan dibanding bekerja.

Sementara Reno, Galih, dan William sibuk mengatur tatanan rambut memakai pomade di loker khusus karyawan katering.. ada Arif yang konsentrasi menulis sesuatu, seraya memperhatikan desain mesin sebuah kendaraan bermotor sambil duduk di lantai beralas tikar, ditemani oleh Fauzi.

Keduanya telah berpakaian lengkap. Chef jacket disertai black apron and baseball cap. Tinggal menunggu briefing utama karena seluruh hidangan telah siap saji dan lulus QC beberapa menit yang lalu.

"Lo sama Galih udah mulai UKK?"

Arif mengangguk menanggapi tanya Fauzi. "Besok. Tolong bantu doa, sob."

"Pastinya." Fauzi menjawab ramah. "Gue malah ada try out UN terakhir besok Senin, Harsya minggu depannya. Gila sih, kita butuh refreshing parah habis ini."

"Ajak Berlian jalan lah, Ji. Pantai, gunung, lembah, sungai mengalir indah ke samudera~~" Suruh Galih.

William turut mengangkat-angkat ujung kerah kemeja. Berlagak sok ganteng.

"Nah! Sekalian bareng kita-kita. Jangan lupa minta Kak Berlian bawa temen-temen bening di angkatan lo, Bang, kalo mereka mau kenalan sama nih Christian Bautista KW super."

"Masya Allah, kalian berdua..." Fauzi auto nyebut. Galih dan William ngakak.

"Hadeh. Lo pada mending UN, ujian praktek, sama ujian sekolah doang. Apa kabar gue yang ada tes IB?" Sela Reno di depan cermin.

"Hah? Tes IB? Lo jadi kuliah di luar negeri, Ko? Udah tahu mau daftar di mana?" William mendadak excited.

"Anjir! Lu se-kaya apa sampe UPH sama SGU aja lewat, Ren?!" Galih berseru terkejut sambil memperbaiki simpul dasinya.

"Bokap yang minta. Cuma nggak tahu nih, antara Singapura atau Inggris. Terserah gue mah, di negara mana aja boleh.. asal jangan suruh gue ngangon soang aja."

Hela napas Reno memberat menyahut, membalikkan tubuhnya menatap Arif dan Fauzi bergantian.

"Nggak di UI atau UGM aja gitu, Ren? Gue sendiri pengen ngerantau kuliah di luar kota, tapi kasihan papa sama mama berdua doang di rumah." Ucap Fauzi ringan. "Arif sama Galih mau lanjut kuliah ke mana?"

"Langsung kerja, Zi. Mau kuliah pun duit dari mana? Kecuali boleh metik di pohon belimbing wuluh depan rumah."

"Hohoo.. gue sama Arif mau kumpulin duit dulu, wan kawan. Mungkin gue bakal daftar kuliah, tapi nggak pas habis lulus juga. Malah bagus kalo bisa bayar uang kuliah dari keringet sendiri."

Pemandangan langka nan mencengangkan bagi Fauzi. Seorang Arif bisa mengajak Galih tos bergaya alay.

"Enak ya lo berdua. Nyesel gue, kenapa dulu nggak ngambil sekolah tata busana biar bisa jadi asistennya Bunda Anne Avantie." Reno mendecih, menghidupkan tawa teman-temannya.

AKARSANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang