40 - Delegasi Dua Rasa

2.2K 456 128
                                    

Mengetahui adik dan teman-temannya akan menghadapi ujian, Irene tidak hanya datang membawa bermacam jenis makanan, minuman ringan, dan pakaian ganti, namun juga buku-buku soal ujian nasional serta international baccalaureate test dalam bentuk hand out.

Tentu saja, anak-anak itu berterima kasih dengan caranya. Memeluk dan mencium pipi Irene bergantian. Khusus Reno, ia meminta digendong, mengelilingi taman dua kali.

Manja? Oh, sangat.

Jika Harsya tampak serius diajari bapak, maka ada Arif, Reno, dan Galih terpekur serius di ranjang masing-masing. William sendiri memilih belajar di kafetaria ditemani mama, sedangkan Fauzi berada di kamar rawat Berlian dan Jana. 

"Gue keluar bentar, gengs." Pamit Galih tiba-tiba, meletakkan buku tulis yang diisi corat-coret hasil pengerjaan matematika SMK bidang teknologi dan rekayasa ke atas bantal.

"Mau ke kantin, ya? Titip cimol dong, Bang."

"Adek jangan mecin-mecinan dulu, ih. Udah mau sembuh, nanti malah pusing lagi." Bapak mencegah pinta Harsya.

"Mau pacaran kan lu?"

"Bacot ah, Ren."

Arif ngakak menanggapi. "BUHAHAHAH! Ciieee.. malem mingguan nih yee.. nggak mau kalah sama Bang Ojii.. PRIIWIT!"

Sial, batin Galih, ia baru sadar sekarang Sabtu malam. Besok mereka semua akan pulang ke rumah. Secepat inikah?

"Ckk.. cuma ke taman doang refreshing. Emang kepala lu nggak meleduk apa, Rif?"

"Beuh, jangan tanya. Ya udah, ntar gua sama yang lain nyusul."

"Gampang, chat aja kalo mau ikut." Galih melambaikan tangan, meninggalkan keempat penghuni bangsal santai.

Ponsel mereka yang berhasil ditemukan Reyhan di ruang ganti pengantin pria, akhirnya dikembalikan. Setidaknya, itu membuat mereka semua lega.

Sebagai satu-satunya pasien yang masih dialiri cairan infus, Galih berhati-hati melangkah sambil menggeret tiang berodanya ke arah taman rumah sakit...

...di mana Jana terduduk di sana, mendengarkan koleksi lagu favoritnya melalui earphone.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga ya, Gal?

Tersenyum Galih menghampiri sosok manis berbalut kaus abu-abu lengan pendek dan jeans itu, turut menikmati udara sejuk di sekitar. Tangan Galih mencoba mengambil earphone sebelah kanan, penasaran.. seperti apakah selera musik bidadari ini?

*#NowPlaying Nikita - Seperti Yang Kau Ingini 🎶*

Lagi, Galih tersenyum sadar akan sekat mustahil di antaranya dan Jana. Meski salut menyelimuti prasangka Galih, betapa religius sang calon kekasih.

Tak ingin mengganggu, kembali Galih letakkan ke tempat semula, menunggu Jana membuka mata usai lagu berganti.

"Galih?" Jana terkejut sesampai di bagian refrain. "Kamu nggak ikut belajar sama yang lain? Apa udah selesai?"

"Hai, Jan. Pusing otakku terus-terusan mikir, lagian aku udah latihan kerjain matematika, nanti malem mau lanjut belajar yang kejuruan. Kamu sendiri udah belajar?" Jawab Galih tanpa mau memudarkan senyum lebarnya.

"Sama, aku juga udah belajar dua mapel seharian ini. Ke sini pengen cari udara seger aja, lagian sepet di kamar terus jadi nyamuk."

AKARSANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang