7 - Tugas Pertama

4K 792 114
                                    

Apa yang kalian pikirkan mengenai dapur terbengkalai selama setahun, dan dipergunakan sebagai gudang barang tak terpakai?

Kotor, pasti. Berdebu, memang. Tikus berkeliaran, wajar. Dan segenap kata denotasi positif sama sekali tidak terbayang di benak Arif, Galih, Harsya, William, Reno, serta Fauzi saat Tante Shafira menyuruh mereka agar membersihkan dapur tersebut, oh.. juga mengalih fungsikan lebih baik lagi.

Termasuk membenahi kompor rusak, yang diyakini merupakan keahlian Galih.

Tidak ada protes, lucunya.. semua menuruti kemauan atasan cantik menawan itu. Walau geli, Harsya bertekad mengurung tikus-tikus yang ia tangkap menggunakan tangan berbungkus hand glove plastik ke dalam kandang berkawat, entah akan dilepas ke mana. Sementara William menyapu secara cermat, Reno menyikat lantai, Fauzi mengepel, dan Arif mensterilkan langit-langit ruangan.

Galih sendiri anteng mengakrabkan diri dengan perkakas yang dibawakan Leon, kakak Tante Shafira, demi agar kulkas dan kompor bisa hidup lagi.

Itulah kejutan mereka di hari Jumat, pukul sepuluh pagi. Mumpung tanggal berwarna merah, daripada libur tak berfaedah, mereka mulai senang beraktivitas di restoran.

"Cewek lu sakit apaan, Zi, kalo gue boleh tahu?" Reno bertanya datar pada Fauzi, supaya tidak terkesan horor karena semuanya berdiam diri hampir setengah jam.

"Intinya, butuh perawatan intensif. Keluarga dia nggak ada yang mau biayain soalnya."

"Hebat.. baru umur segini udah latihan tanggung jawab aja sama kesehatan pasangan. Boro-boro gue.."

"Masa' nggak ada yang suka sama lo, Ren? Sekelas Binus gitu. Perasaan banyak cem-ceman." Alis Fauzi menaut heran.

"Ya banyak.. emang banyak yang ngejar. Yang gue suka sih nol."

Kekehan Fauzi lantas mengundang penasaran Arif. "Cantik, bre, bokin lu? Kenalin lah sama kita-kita."

"Iya, Bang. Tenang, nggak bakal kita embat. Ngeri gua dilempar botol Wipol sama lu." Celetuk William.

"Bokin, bokin.. jadul amat bahasa lu, Rif." Reno mendesis lucu. "Di sini jangan bilang yang jomblo cuma gue?"

"Lo nggak sendiri, Ren." Arif menyahut keras.

"Cuma Bang Fauzi aja kayaknya yang punya pacar. Eh, bener nggak?" Duga William.

"Heh.. lo berdua tuh bocah tajir, ye. Siapa sih cewek belagu yang nolak kalian? Penasaran." Tunjuk Fauzi tak mengerti ke arah Reno dan William.

"Bukan belagu, Bang. Tapi emang kita belom mau, ya kan, Ko Reno?"

Yang disebut mematuk-matuk saja bak ayam mabuk. "William bener. Belajar dulu sampe sukses keterima di Harvard, terserah habis itu mau pacaran atau langsung nikah."

"Sadis.." jawab Harsya. "Apa kabar gue yang masih galau mau ikut les di GO atau Primagama?"

"Gua ajarin deh sini, nggak usah les-les di luar. Paling SMA masuk Labsky juga kan lu?"

Cengiran Harsya mengembang mendengar tawaran Fauzi. Suasana mulai mencair, hampir setengah ruangan mulai terlihat bersih, wangi, dan manusiawi. Harsya sendiri secara sukarela membersihkan bak cuci piring, sekaligus menyingkirkan debu di sela-sela exhaust fan.

"Masalah satu," Arif berkacak pinggang saat selesai berurusan dengan himpunan sarang laba-laba. "Siapa yang mau bantu gue bersihin saluran air?"

Tangan kiri William mengacung, Arif mengangguk paham.

"Masalah kedua, siapa yang bisa gue mintain tolong ambilin minum buat kita berenam?"

"Saya aja, Bang. Sekalian mau ambil kanebo baru." Sahut Harsya semangat. Belum sempat Arif bicara lagi, anak itu keburu ngacir ke dapur utama.

AKARSANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang