"Sistara Sekarani. Kamu mau, nggak, jadi istriku?"
Sekotak beludru hitam dibuka oleh Reno, memperlihatkan betapa indah kilauan tatah berlian tersemat sebagai mahkota cincin emas, ditujukan kepada seorang remaja perempuan manis bernama Sissy.
Sissy tak percaya menatap Reno setengah berlutut, tersenyum menampilkan benda keramat tersebut kala angin sepoi-sepoi menerpa momen tak diduga ini.
"Ren, how dare you.."
"Aku udah lama pengen bilang ini sama kamu. Niat buat nikah muda emang ada, dan papaku tahu itu. Aku mau jalani sisa hidupku cuma sama kamu, Sissy."
Menangislah sang dara. Hati siapa tak meleleh dilamar, dibalut nada sehalus sutra?
"Ren, kamu sadar kita lagi ada di mana sekarang?"
"Tolong, Sis, aku pegel banget ini. Yes or absolutely yes?"
"Renooo!" Menghembuskan napas geli, tangan Sissy menarik pelan siku Reno, mengajaknya berdiri. "Iya, aku mau nikah sama kamu, jadi istri kamu."
Brandon Hill sore ini terpilih menjadi saksi bisu manisnya kisah kasih putra bungsu Dewangkara, yang dirajut sempurna sejak lulus SMA. Cincin dalam kotak kemudian diambil Reno, dipasangkan ke jari manis kiri Sissy, seraya dikecup mesra.
"Burung-burung pun bernyanyi, bunga pun tersenyum, melihat kau hibur hatiku. Hatiku mekar kembali, terhibur simfoni. Pasti hidupku 'kan bahagia."
Apalah mahasiswa teknik ilmu informatika ini, bisa saja bersenandung memperindah rona wajah Sissy yang mendengar malu-malu.
"Terima kasih ya, Sis. Terus sama aku, ya? Tolong jangan lepas ikatan ini, karena aku mau kita sama-sama siap dengan segalanya di depan mata nanti."
Dua sejoli itu saling memeluk erat, membagi perasaan meluap-luap kepada para pengunjung taman yang terletak di antara distrik Clifton dan Hotwells, Inggris bagian tenggara.
Ingin Reno kembali menyalurkan kasih sayang, merasakan bibir Sissy penuh cinta...
...hingga sekujur wajahnya basah kuyup tersiram seember campuran air sabun bekas cuci mobil, telur ayam kocok lima butir, plus tiga bungkus tepung beras.
Terlonjak tubuh Reno bangun dari tidur, memandang murka ketiga orang yang ngakak puas menunjuk-nunjuk dirinya.
"BANGSAT KALIAN!!"
"HAHAHAHAHAHH! NGACA, REN! MUKE LO COCOK JADI ADONAN TRUK MOLEN!" Galih pertama kali bersuara, seolah berhasil membalaskan dendam di masa lalu.
Ya, dia masih kesal dianggap saudara dengan ayam cemani.
"BUSSEEEETT... lu baru jam segini maen pengen cipak-cipok Sissy enak bener! Untung si Oji kagak kena pas lagi rekam muke lu, keburu gua tarik! BAHAHAHAH!" Giliran Arif berkata sambil memegangi perutnya yang kram.
Fauzi tergelak, merekam kejadian memalukan hari ini di unit apartemen tempat Reno tinggal selama kuliah.
"Hehehee.. coba diulang ngomongnya, Ren. Jangan lepasin iketan kita, katanya... ciieeee gua kirimin ke Sissy, aahh.." iseng Fauzi, jelas kamera DSLR-nya keburu dirampas Reno dan dilempar ke atas kasur.
Sontak kegirangan kembali berlangsung.
Tak habis pikir Reno menghadapi gilanya pagi ini. Sudah kemarin dikejutkan atas kedatangan mereka berlima di depan pintu unit, kini ia harus rela dijadikan bahan celaan atas mimpi super baik yang disemogakan.
"Ide siapa sih bangunin orang barbar banget??" Seru Reno dari kamar mandi.
"Gue." alis Galih terangkat sebelah di ambang pintu. "Habis lo semalem asem banget, heran... lagi berantem sama cewek lo emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARSANA ✔️
FanfictionArif, Galih, Reno, Fauzi, William, dan Harsya bersekolah di tiga tempat berbeda. Sama-sama membutuhkan pekerjaan tambahan dalam penyelarasan hidup, mereka kompak bekerja di restoran yang menyediakan jasa katering milik Tante Shafira setiap hari Sabt...