Punya pacar cantik, student ambassador, ketua cheerleader, dan anggota PMR merupakan faktor pembesar kepala siswa peraih nilai tertinggi di pelajaran Kimia, Biologi, dan Kesenian, bernama lengkap Fauzi Birawan.
Sehari-hari, pekerjaan Fauzi adalah mengantar jemput Berlian ke sekolah bersama mengendarai si motor matic, kadang-kadang ke kantin sekedar ngemil atau minum teh botol, berbagi bekal buatan ibu masing-masing di jam makan siang, ke perpustakaan untuk mengerjakan PR, tugas, dan belajar menjelang ulangan, malah seringkali kepergok teman-teman lain sedang berada di Gramedia atau McD sepulang sekolah dan les tambahan.
Apa sih yang disukai Fauzi dari Berlian selain penampilannya?
Oh, ada. Bagi Fauzi, Berlian itu menarik, wawasannya luas, mengerti diajak bicara apa saja, termasuk soal aliran musik Fauzi yang cenderung menyukai gambang kromong.
Tidak sekali dua kali, Berlian menemani Fauzi ke pasar malam, menonton pertunjukan musik tradisional betawi itu, kadang-kadang ikut bernyanyi bila Berlian tahu liriknya.
Dua tahun berpacaran, mereka sama-sama bahagia. Seperti halnya sekarang, ketika Fauzi dan Berlian memakan sepiring batagor saus kacang berdua, sambil duduk menonton pertandingan basket antar kelas jam satu siang. Hitung-hitung pemanasan sebelum dihajar pendalaman materi setengah jam lagi.
"Zi," Berlian menegur lembut. "Lulus nanti, kamu mau kuliah di mana?"
"Maunya sih swasta aja, yang gampang aja deket rumah. Aku mah sadar diri, nggak bisa tembus negeri, kasihan sama ortu juga kalo jauh ngerantau."
Berlian mengangguk-angguk, menerima suapan tahu dari Fauzi.
"Kamu sendiri, udah mutusin mau kuliah di mana?"
"Aku.. kayaknya nggak kuliah, Zi."
Piring kosong itu segera diberikan Fauzi kepada penjual batagor, rela berlari sebentar ke arah kantin dan kembali lagi demi mendengar penjelasan detail Berlian.
"Bohong nih, dulu siapa yang bilang pengen jadi dokter?" Fauzi setengah menggoda, mengajak bercanda.
"Beneran, Zi."
Sepasang mata Fauzi mengerjap tak percaya. Tidak ditemukan tanda menipu di tatapan belas kasih Berlian, apalagi rona mendung datang menyelimuti, membuat Fauzi merangkul Berlian yang tengah menundukkan kepala.
"Eli," suara halus itu menyebut panggilan Berlian kesayangannya. "Ngomong sama aku, apa yang bisa aku lakukan supaya aku bisa bantu kamu? Jelas ada masalah yang pengen kamu kasih tahu ke aku, tapi apa? Tolong bilang sama aku."
"Aku bakal cerita, semuanya tanpa terkecuali. Tapi nggak sekarang ya, Zi? Tunggu pas pulang sekolah aja."
"Oke, kamu mau sekalian makan malam sama aku, nggak? Kayaknya bakal selesai jam enam, biar aku pas anter kamu pulang, kamu bisa langsung istirahat."
"Boleh, Zi."
"Eh, tapi aku lagi ngidam nasi rawonnya Restoran Berkah Amunggraha. Terakhir kita ke sana pas ulang tahun kamu, kan? Keberatan, nggak, kalau kita ke sana nanti?"
Senyum Berlian mengembang indah lagi, menertawakan Fauzi yang membelai helaian rambut indah kekasihnya.
"Terserah kamu aja, Zi. Masuk kelas sekarang yuk, panas nih di sini." Berlian meraih tangan Fauzi, menggandengnya sampai mereka duduk berdua di deretan bangku yang sama, sukses mendecitkan iri satu kelas.
Tiga jam berlalu, tak disangka pendalaman materi dibubarkan begitu saja oleh guru yang mengajar dengan alasan rapat. Jadilah, Fauzi semangat berpamitan kepada teman-teman cowok di kelas, dan beralih setia berjalan di samping Berlian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARSANA ✔️
FanfictionArif, Galih, Reno, Fauzi, William, dan Harsya bersekolah di tiga tempat berbeda. Sama-sama membutuhkan pekerjaan tambahan dalam penyelarasan hidup, mereka kompak bekerja di restoran yang menyediakan jasa katering milik Tante Shafira setiap hari Sabt...