Mami menutup tirai, membiarkan Galih beristirahat usai memakan setengah toples nastar atas keberaniannya tidak menangis, ketika punggung tangan kiri dipasang jarum infus oleh perawat.
Di rumah sakit swasta milik paman dari pihak Papa Fauzi inilah, geng pegawai magang katering, Berlian, dan Jana mendapat perawatan intensif.
Dirundung kelelahan plus tekanan darah rendah, mau tak mau membuat Arif, Harsya, Reno, William, dan Jana harus menginap untuk dua malam. Sementara total luka memar Fauzi cukup banyak menodai paras tampannya, ditambah bahu kanan terkilir ringan.
Dokter pun menyatakan keadaan umum Galih dan Berlian tergolong baik, namun masih tetap harus dalam pengawasan.
Mereka berenam ngotot ingin berada dalam satu ruangan. Jadilah Papa Fauzi mengatur sedemikian rupa, sehingga bangsal VIP besar darurat dibuka. Walau Berlian dan Jana berada di kamar terpisah yang berseberangan.
Ekspresi damai Galih mengulaskan senyum papi, mengikuti langkah mami keluar ruangan, berkumpul dengan teman-teman di kafetaria rumah sakit, sekedar mengobrol dan minum kopi.
Hanya Reyhan satu-satunya penghuni di bangsal yang terjaga, ia justru mematikan beberapa penerangan agar anak-anak dapat mengisi tenaga pada malam hari nanti...
...di mana telah ajudan itu siapkan atas permintaan mereka sebelum jatuh terlelap pukul lima sore ini.
***
"Rey, ada acara apa sih? Kok kita disuruh ngumpul di sini?" Mami bertanya heran pada ajudan Galih, sesampainya ia di dalam aula kecil lantai dasar, samping kafetaria.
"Mungkin tim dokter mau jelasin kondisi anak-anak kita kali, daripada capek jelasin satu-satu, mending dibarengin sekalian."
Para orang tua mengangguk setuju atas ucapan Papa Reno. Lagipula sebelum mereka kemari, kumpulan remaja berjiwa anak ayam itu sudah makan malam dan minum obat, siapa tahu sudah kembali tidur.
Walau diam-diam, Ibu Arif dan Mama Fauzi kurang sependapat.
Secara otak bulus kawanan pejantan belasan tahun itu bisa kapan saja berulah.
"Hihihiikk.. tunggu sebentar, ya, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya. Saya keluar dulu, mau ngecek Mas Galih dan kawan-kawan." Izin Reyhan yang dipersilakan oleh orang tua William.
Semua orang duduk tenang. Tidak ada hal mencurigakan, hanya sebuah meja dan kursi yang biasa dipakai untuk moderator acara seminar serta sound system sederhana.
"Rumah sakit keluarga lu keren bener. Tumben peresmiannya nggak undang kita, Yu?"
Bapak Harsya asyik memandangi apiknya desain interior bangunan.
"Udah lama banget, woy. Lagian emang lu mau jauh-jauh ke Bogor buat gituan doang?"
Baru saja Papi Galih hendak menyahut perkataan Papa Fauzi, sesosok wanita muda tiba-tiba memunculkan diri dari balik pintu.
"Assalamu'alaikum, semuanya."
"Wa'alaikumsalam... IRENE??" Papa dan Mama Reno berdiri terkejut, bergegas memeluk anak pertama yang datang tanpa memberitahu.
"Ya Allah, Rene. Kok kamu bisa ke sini? Kamu tahu adekmu dirawat?"
"Maaf, Ma, rencananya aku mau kasih surprise dateng ke rumah hari ini. Mana tahu kalo Reno ternyata habis lewatin marabahaya? Akhirnya dianter supir ke sini, pas aku dapet kabar dari ajudan si adek."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARSANA ✔️
FanfictionArif, Galih, Reno, Fauzi, William, dan Harsya bersekolah di tiga tempat berbeda. Sama-sama membutuhkan pekerjaan tambahan dalam penyelarasan hidup, mereka kompak bekerja di restoran yang menyediakan jasa katering milik Tante Shafira setiap hari Sabt...