"Kalian nggak apa-apa?!" Secepat kilat Reno mengecek William dan Harsya yang merangkak keluar dari bawah meja. Tampak bekas-bekas air mata di wajah Harsya mengkhawatirkan mereka, terutama Arif.
"Rif!!" Teriak Galih saat tahu Arif berlari keluar restoran. "Rif, mau ke mana lu?! Tungguin gue!!"
Belum sempat tangan Fauzi menahan Galih, dibuangnya napas gusar, sepertinya mereka berdua memang cukup sulit Fauzi atur.
"Bang, ini ada apaan? Kenapa?" Harsya memberanikan diri bicara.
"Gua jelasin nanti. Tapi itu anak STM mau ngapain??" Reno menjambak rambutnya kasar.
"Ngejar Mas Leon gua rasa. Perlu disusul, nggak, nih?" Fauzi mengambil ancang-ancang, namun ujung lengan kemejanya ditarik lebih dulu oleh Reno.
"Lo jagain William sama Harsya, Zi, kalo perlu anter mereka pulang. Gue bakal cari Galih sama Arif."
Terang saja mereka terkejut.
"Bentar dah. Muka lo semua tegang, Bang Arif sama Bang Galih kabur, sampe ada police line di luar, jangan bilang teroris mampir ngeteh di sini?!" William terperangah mendapati anggukan kecil Reno. "Damn, man! What the earth is going on?!"
"Heck. Let me grab the chicken one, no matter what." Reno membisik kesal. Tidak menghiraukan Fauzi, William, dan Harsya memanggilnya. Ia terpaksa menyusul Arif dan Galih, bagaimana pun, dua orang itu adalah teman barunya. Rekan satu timnya.
Kalau terjadi sesuatu, bisa amsyong.
"Bang.."
"Nggak apa-apa, Sya. Lo sama William bakal gue anter pulang dengan selamat, kebetulan gue bawa mobil nyokap kok. William gimana?"
Tercenung, lelaki berkaus hijau muda itu mencebik sebal karena tidak diajak Reno berburu sesuatu yang menarik di luar sana.
"Gue ikut lo aja, Bang."
"Yakin? Nggak minta dijemput supir?"
"Iya, supirnya elu."
***
"KETEMU NGGAK, SAT?!"
Negatif. Galih menggeleng kuat sembari berkacak pinggang. Warna langit mulai gelap, adzan maghrib pun berkumandang. Keberadaan Arif dan Galih di sebuah gang pemukiman kecil belakang restoran kini agak tak masuk akal. Yang Arif ingat, langkah Leon seolah tertuju kemari.
"Beneran Mas Leon tersangkanya nih? Mau curiga tapi nggak ada bukti, Rif." Ucap Galih, berusaha menyempurnakan napas setelah sekian lama berlari dan mencari target.
"Bukan maksud gue su'udzon, Gal. Tapi lo beneran lihat sendiri, kan?"
"Iya, gue tahu, Rif. Udah yuk balik aja mending, anak-anak pasti udah nungguin."
"Si Pratama hobi banget nyuruh balik dari tadi! Orangnya aja belom ketemu!"
"Ya terus gua kudu gimana, monyong?? Sampe bak sampah udah gua ubek-ubek tetep aja nggak ada!"
Ingin tertawa namun bukan pada tempatnya, sayang terlambat dihentikan oleh Arif. Mana ngakak pula.
"Apanya yang lucu sih?!" Galih membelalak sengit.
"Lagian elo! Harus banget cari Mas Leon di bak sampah?!"
"Terus gua suruh cari di mana, Putraaa? YE KELES dia lagi nongkrong makan intel rebus di warkop mpok-mpok sebelah sono?!" Tunjuk Galih frustasi mengarah ke sebuah bangunan warung remang-remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARSANA ✔️
FanfictionArif, Galih, Reno, Fauzi, William, dan Harsya bersekolah di tiga tempat berbeda. Sama-sama membutuhkan pekerjaan tambahan dalam penyelarasan hidup, mereka kompak bekerja di restoran yang menyediakan jasa katering milik Tante Shafira setiap hari Sabt...