Demi Allah, aku bukan tukang bully lagi. Adel yang dulu bukanlah yang sekarang. Tapi nahas, aku malah yang menjadi korban bully di SMA.
Akhirnya, kena karma juga.
Aku menghela napas sewaktu hendak melewati segerombolan kakak kelasku yang duduk di gazebo, alias meja bundar.
Menghindari mereka? Mohon maaf, aku tidak sepecundang itu.
Pasti salah satu dari mereka akan menggangguku lagi.
"Eits ... doi Fajar mau lewat guys."
Benar kan? Aku menatap ke depan tak melirik sedikitpun. Kakiku melangkah sedikit lebih lebar dari sebelumnya agar segera melewati mereka.
"Anak orang kena anjir!" Gelak tawa mereka meledak.
Dalam hati, "bangsat...."
Gelas plastik masih berisikan setengah es teh mengenai lengan kanan baju seragam putihku di hari senin. Lantas tentu saja dengan spontan aku berhenti.
Habis saja baru selesai dari sholat dzuhur. Perasaan disucikan, diberi ketenangan jiwa oleh Allah SWT. Tapi karena dikorek sedikit, setan yang awalnya menjadi adem, kepanasan mulai merajalelai otak dan memanasi hatiku.
Biasanya Tasya akan menahan segera ketika aku sudah mulai kerasukan jin dan setan akibat dipancing.
Tapi sayangnya karena sahabatku itu sedang datang bulan, aku bersyukur tidak ada yang menahan kali ini. Dan untuk pertama kalinya.
Sudah berbulan-bulan aku mencoba sabar dan berhasil sebab Tasya selalu di sampingku.
Tapi sekarang....
Aku berbalik lantas berlari sekencang mungkin ke arah mereka berkumpul. Tanganku sudah mengepal keras layaknya batu.
Mereka yang lengah tidak sadar salah satu teman mereka, si nenek lampir akan menjadi korban kekerasanku.
"Bangsat!"
Tinjuan mautku berhasil menggetarkan seluruh wajahnya. Tepat di hidung.
"Anjir!"
"Tessa!"
"Ya Allah dia mimisan!"
"Tessa lo gak papa?! Buruan bawa ke kelas!"
"Woi! Lo gila apa?!"
"Anjing!"
Gerombolan mereka seperti semut yang ditiup dengan wajah memucat. Semuanya berteriak histeris bergerak gegabah sebab panik.
Kakiku mundur beberapa langkah menjaga jarak setelah melayangkan tinjuan maut di wajah si pacar ketua Organisasi Keamanan Sekolah.
Tubuhku memanas dan hanya yang kulakukan mematung memandang Tessa kakak kelasku banjir darah di hidungnya. Dia menangis kesakitan dan meminta segera diantar ke kelas.
Aku didorong, ditarik oleh kakak-kakak kelas yang tersisa-- teman-teman Tessa keberatan mendapati aksiku.
Tidak lagi kurasakan pijakan kaki. Tanganku gemetar dan sadar jelas apa yang telah kuperbuat. Namun sayangnya, sama sekali tidak kusesali.
Semua murid sekolah mengelilingiku, menjadi tontonan dan menjadi sebagian besar tanda tanya bagi murid-murid yang tidak melihat langsung kejadian perkara.
Mereka memakiku dengan nada suara yang tinggi. Dan tak lama kemudian melihat aksi ramai, guru-guru berdatangan.
Well ... aku korban yang disalahkan.
○●○
"Masuk."
Wajahku datar tak berekspresi. Namun yang tak bisa kusembunyikan ialah napasku yang memberat dan perasaanku yang gugup tak karuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/192137960-288-k514921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bully and The Victim
Teen FictionAda takdir yang mampu diubah oleh manusia, usaha untuk memperbaiki dirinya dan yang diimpikannya. Bagaimana ketika dulu ia yang terburuk kini menjadi yang terbaik. Bagaimana ketika mimpinya yang cerah tak secerah milikmu. Dan bagaimana ketika ia...