TB&TV | Bagian 30

161 18 3
                                    

Aku memandang Adimas yang tengah duduk di samping Indy. Seperti biasa, jika ada materi yang kurang dipahami, anak gadis itu akan segera meminta pertolongan Adimas sekadar menjelaskannya kembali.

Setelah apa yang dikatakan Fajar padaku semalam, nampaknya aku memang harus peka dengan keadaan sekitar. Jika saja aku cukup cerdas untuk bisa membungkam mulutku dan menghargai keadaan sekitar, sekiranya aku akan mengerti apa yang tengah terjadi di sekitarku. Mengerti akan pesan-pesan tersirat orang lain.

Sudah seperti Aidan, aku memilih menidurkan wajahku di atas meja. Aku tenggelam akan perasaan tidak enak dan bersalahku kepada Indy.

Mengangkat wajah hendak kembali memperhatikan dua orang di sana, tak sengaja Indy juga menoleh ke arahku.

Dia tersenyum. Dan spontan saja bibirku tertarik begitu halus untuk meladeninya.

"Lo kenapa Del?"

"Hah?" Aku terkekeh lalu memperbaiki posisi dudukku segera kala jelas saja komentar itu juga menarik perhatian Adimas tuk melihat ke arahku.

"Lo sakit?"

Aku kembali terkekeh lalu membalas, "gaak, gue ngantuk aja nih." Aku mengibaskan tanganku memberi kode kepada mereka berdua agar kembali fokus.

Guru Matematika kami tengah keluar usai memberikan kami waktu untuk mempelajari materi secara mandiri. Tetapi apa yang terjadi begitulah realitanya. Bukan melaksanakan sesuai yang diamanahkan, mayoritas kami semua bersantai ria. Ada yang Tiktok-an, nobar drakor, dan mabar game juga lesehan sepertiku.

Hanya Indy dan Adimas yang tengah belajar.

Aku mengulum senyum saja memperhatikan keduanya lagi dan lagi.

Aku juga teman Adimas tetapi, lihatlah dan mengertilah Adel, lo tidak sedekat Indy pada Adimas.

Mereka telah hampir 3 tahun bersama. Dan aku hanyalah teman masa kecil Adimas yang dulunya ... tidak harmonis saja dan baru ketemu sekarang. Jadi jangan mengacaukan hubungan keduanya.

○●○

"Del lo kemarin main ama Adimas?"

Pertanyaan itu lolos keluar dari mulut Salwa. Aku pun mengakuinya, "iya, kita makan malem bareng."

Salwa tiba-tiba mempertanyakan hal tersebut. Kami tengah menunggu jemputan ojol kami masing-masing saat itu.

Mengelus leher cukup canggung, aku pun mencondongkan tubuhku sedikit mendekat ke arahnya lalu bertanya, "kenapa emang?"

"Nih gue baru nontonin story Ig temen Adimas. Kebetulan kita saling follow."

Tanpa kuminta, Salwa memperlihatkan video berdurasi kurang dari 15 detik tersebut.

"Indy follow dia juga?"

Salwa segera menoleh ke arahku. Karena sadar aku mempertanyakan sesuatu yang membingungkan untuknya dan begitu bodoh untukku. Salwa mengernyitkan antara keningnya. "Maksudnya?"

"Ohh gak, gak."

Aku memalingkan wajah segera. Begitu bodohnya aku mempertanyakan hal tersebut.

"Gue duluan ya Sal, udah ada tuh," kataku segera kepada cewek selebgram satu ini.

"Ohh oke-oke. Tiati ya Del."

○●○

Ibu:
Adel, ibu gak pulang nih ada acara syukuran tante Amira. Belum makan kan? Langsung dateng ke sini aja ya, ibu tunggu.

The Bully and The VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang