TB&TV | Bagian 28

170 17 4
                                    

Secara alami aku mengulum senyum saat Adimas akhirnya mengirimiku pesan terlebih dahulu. Dan di awal ia memberikan pesan, anak lelaki itu mengirimkan dua buah foto hasil paparazinya-- aku yang berayun di ayunan saat di taman komplek sore tadi.

Sejak kapan anak laki-laki ini menjepretku aku tidak tahu.

Sudah kutolak ajakan Adimas. Ia bahkan tidak memaksaku ikut ketika kukatakan tidak terang-terangan.

Aku mengecek buku mata pelajaran untuk keesokan harinya, dan tumben setidaknya tak ada pr yang harus dikerjakan sekalipun hanya merangkum materi.

Kulirik pintu kamar kala mendengar gagang pintuku tersebut ditekan oleh seseorang dari luar.

Tumben saja bukan Kinanta, melainkan ayah yang nampaknya mengecek keadaanku.

"Halo, Assalamuallaikum?" Candaku tiba-tiba.

"Maaf ayah gak salam."

"Gak, Adel canda doang kok. Biasanya juga gak."

Ayah masih tidak bergerak di posisi sebelumnya. Memandangku beberapa detik dan karena merasa aneh, aku pun menegur, "kenapa?"

"Keluar dulu yuk dek?"

Aku tertawa kecil mendapati tingkah ayahku yang aneh saja malam ini. Untuk pertama kalinya ayah memerintahku demikian, seperti benar-benar serius. Wajahnya juga seperti biasa, absen dari ekspresi yang berlebihan dan justru malam ini terlalu serius.

"Di ruang tamu," papar ayahku memberitahu.

"Hah?" Aku menaikkan alis sebelah spontan lantas dengan segera berjalan ke arah ruang tamu. "Siapa sih yang ada--"

Aku buru-buru membalikkan badan ke arah ayah. Kukulum senyum kecut, dahiku sudah berkerut dan dalam hati aku memaki anak laki-laki yang ternyata kini menyinggahi rumahku kini.

"Adimas?" Sapaku canggung.

"Iya Del."

"Duduk di situ," titah ayah menduduki menyuruhku menduduki sofa single, jauh dari Adimas.

"Udah janjian kalian?" Aku baru saja mendaratkan bokong, ayah melemparkan pertanyaan tersebut tiba-tiba.

"Iya om," jawab Adimas mewakiliku sekalipun ayah melayangkan arahan matanya kepadaku.

Aku melirik kepada Adimas tak berkutik. Tahu tidak alasanku terus-terussan menjomblo hingga sekarang? Karena, aku tidak mau bermasalah dengan ayah yang menetapkan peraturan bahwa ... tidak ada yang namanya pacaran.

Sudah seperti didoktrin, sekalipun aku menyukai sosok lawan jenis, di kepalaku takkan bisa terlepas oleh wajah ayah yang selalu menghantui. Seperti aku telah dapat mengekspetasikan apa yang akan terjadi padaku jika melanggar.

Lantas apa hubungannya dengan kedatangan Adimas atau Aidan yang telah datang sebelumnya? Bahkan aku dan mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun selain teman? Jawabannya sederhana, ayah sangat menjaga anak perempuannya.

Tidak ada lelaki yang baik ..., yang baik pikirannya jika sudah bertemu dengan perempuan, tidak ada. Sekalipun mereka tulus dan berkomitmen takkan menyentuhmu, nafsu birahi lelaki takkan bisa terelakkan. Itu semua karena bisikan setan, termasuk ayah sendiri sebagai laki-laki, pesan beliau padaku demikian.

Semua peraturan akan lawan jenis sudah ditancapkan baik Kinanta ataupun aku sejak kami sangat dini.

Kurasakan bulu kudukku berdiri merasakan aura yang tidak enak di ruangan ini.

"Ada acara apa Adimas?" Tanya ayah melanjutkan.

"Ini acara ulang tahun saya. Saya niatnya ngajak Adel bareng temen-temen yang lainnya om."

The Bully and The VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang