TB&TV | Bagian 35

143 15 2
                                    

Perjalanan tidaklah terlalu jauh namun kami sengaja memutuskan untuk melakukan beberapa pemberhentian karena beberapa alasan. Beberapa dari kami harus buang air kecil, muntah, lapar dan segala keluhan lainnya.

Alhasil ketika salah satu dari mobil yang kami naiki berhenti, wajibnya kami saling menunggu satu sama lain agar tak ada yang ketinggalan dan sampai beramai-ramai.

"Udah gak jauh lagi," ucap Aidan.

"Berapa km Dan?"

"3 kiloan," jawab anak lelaki itu.

Beberapa dari kami menghempaskan tubuh di lantai kios kecil pemberhentian kami.

Mereka mabuk perjalanan. Benar saja alasannya karena ada beberapa titik jalan yang masih dalam perbaikan dan akibat likak-likuk jalanan yang semakin menambah rasa lesu kami semua.

"Bentar jalannya udah mulus lagi," tambah Aidan.

Jelas saja mendengar kabar baik itu, baik pula perasaan kami. Sedikit lega.

"Udah ketemu jalan besar," lanjut Aidan.

"Yaudah kita lanjot lagi."

"Bentar," interupsi Adimas.

"Kenapa Dim?"

"Ada yang bisa gantiin gue bawa mobil?" Tanya anak lelaki itu segera.

Kami tidak menjawab tetapi wajah kami penuh tanda tanya mengapa, serentak.

Anak lelaki itu pun menjawab, "gue mau nukar sama Adel."

"Gue aja yaudah gitu."

Adimas pun mengopor kunci mobil Jeep miliknya segera ke salah satu teman kami yang menawarkan diri.

"Del lo pindah ke mobil yang dibawa Farhan," katanya padaku.

"Ngapain? Kita udah mau nyampe kok." Aku melirik Aidan berada.

Anak lelaki itu malah menghindari mataku. "Gausah," lanjutku menolak.

"Harus Del. Biar sampe, gue langsung angkat barang lo gak usah lagi," jelasnya padaku.

Kuhela napas gusar. Lagi-lagi Adimas menjadi keras kepala seperti ini.

"Yaudah."

Adimas pun mengangguk. "Yaudah kalau gitu kita lanjut lagi."

○●○

Benar yang dikatakan Aidan jalan mulus kembali kami temukan. Rasanya lega udara semakin bersih jauh dari debu perbaikan jalan sebelumnya yang rusak.

 Rasanya lega udara semakin bersih jauh dari debu perbaikan jalan sebelumnya yang rusak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pepohonan pinus seperti menjadi pagar di daerah bibir jalan yang kami telusuri. Wewangian hutan yang tak bisa aku jelaskan bagaimana wanginya itu sendiri. Misterius dan bebas. Deskripsi yang terlalu puitis tetapi seperti itulah yang terlintas di kepalaku ini.

The Bully and The VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang