TB&TV | Bagian 6

477 29 6
                                    

Tak ada senyum matanya seperti memandang datar, sedikit menyalang.

Beberapa detik kami tak bergerak juga buka suara, aku pun menarik tubuh agar menjauh dari posisiku yang semula maju untuk memanggilnya.

Aku keki dibuatnya.

"Adimas!"

Seketika tubuhku menegang kala ternyata guru Fisika menegur.

"Saya suruh menghapal rumus, bukan bercerita."

Aku melirik teman-teman kelas tanpa bergerak sedikitpun. Dalam hati aku meringis ternyata semua orang tengah menghapal. Sebab aku yang tengah melamun sepanjang beliau menjelaskan, alhasil tidak mendengar yang disuruhkan.

"Kamu udah menghapal sampe cerita-cerita? Kamu ini ... sudah kayak anak perempuan aja."

Aku yang salah. Tetapi Adimas yang mendapatkan masalah. "Setengah Bu," jawabnya.

"Maju!"

"Ketua Kelas tapi malah dia yang beri contoh tidak baik," lanjut beliau.

"Aduh," aku memejamkan mata dengan bibir terkulum merinding.

Semua mata tertuju padaku namun tidak menyalahkanku. Indy menggelengkan kepala sama merindingnya denganku. Ia melihatku dengan panik. Dan anak itu pun berkata dari arah bangkunya, "untung bukan elo."

"Rumus Isotermik terbagi dua. Pertama, W= nRT Integral V2 V1 dv per V. Dan kedua, W= nRT Lon V2 per V1. Isokhorik sendiri...."

Adimas memandang ke arahku. Matanya tak terlepas dariku. Aku meringis sembari membuang wajah.

"Bilang ke Adimas, Sorry ya." Aku meminta hal tersebut pada Idan yang sempat melirik ke arahku kala Adimas akhirnya terpanggil untuk menghapal secara mendadak sebagai pembuka.

Idan hanya mengangguk seperti tidak perduli.

Tidak SD, SMA pun aku masih membuat hidup Adimas kacau. Lucu juga.

○●○

"Serem banget."

"Ribet kan gurunya? Banyak peraturan. Lo berdua juga ceritanya gak sampe kedengeran."

Aku menggeleng sembari menggaruk leher tidak gatal. "Emang belom cerita."

"Nah itu lebih parah. Suka suudzon beliau tu wkwkwk." Aku menanggapi Indy dengan ikut tertawa di kelas hanya tersisa kami berdua.

"Cerita apaan sih?" Indy memasang airphone-nya di sela dia bertanya.

"Kenalan aja."

"Kenalan pas pembelajaran Bu Dija? Ckckck jadi pembelajaran aja deh gak usah keulang lagi. Kita semua tuh bawaannya emosi kalo diajarin ama dia. Suka ngegas."

Aku terkekeh. Beliau memang sering menegur hal-hal kecil dengan amarah yang tidak bisa dikontrol. Melihat wajah Bu Dija yang memerah karena emosi, membuat seisi kelas tegang.

"Tapi kalian udah kenalan?"

Aku berbohong tentang apa yang saat itu kusapa Adimas. "Iya."

"Kemaren malam gue nge-scroll Ig kelas. Dia PasNas yang lo maksud?"

Indy mengangguk dengan senyum bangganya. "Iya dia anaknya. Ketua kelas kita juga."

The Bully and The VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang