Tigapuluh sembilan

1.2K 174 35
                                    

"Awalnya gue juga gak nyangka." Kata gue sambil ngayunin kaki gue di bangku taman ini. Justin senyum kearah gue dan kek bensin ketemu api, nyamber gitu gue ikut senyum.

"Waktu gue liat CV lu dan lu nulis nama papa, Leonard Pamungkas. Gue sedikit kaget tapi gue pikir nama Leonard Pamungkas bukan cuma papa kita aja." Kata Justin.

"Tapi Jus.."

"Hmm?"

"Kenapa nama akhir lu Bieber?" Tanya gue.

"Bieber itu nama asli papa."

"Pamungkas?"

"Entah papa pake nama itu buat urusan pekerjaan aja."

Ternyata bener nih gue sama sekeluarga gak penting dimata papa. Nama asli papa aja gue gak tau. Miris.

"Untung gue gak terlanjur jatuh cinta sama lu Sha."

Gue noleh dan ketemu sama bola mata lelehan emas itu. Justin senyum terus tangannya ngusap kepala gue.

"Gue kira rasa nyaman gue ke lu tuh karena cinta, gak taunya ikatan batin." Ucap Justin ketawa pelan. Bener juga gue nyaman sama Justin tapi anehnya gue gak bisa cinta sama dia.

"Hmm."

Kepala gue langsung muter, anjir lah, nengok maksudnya. Nengok ke belakang dan ternyata ada Harry masih lengkap dengan setelan kerjanya berdiri disana.

"Gue duluan ya." Kata gue ke Justin, tapi malah Justin nahan tangan gue.

"Jangan terlalu deket sama Harry. Nanti dia bakal ngecewain lu." Kata Justin lirih natap gue kaya tatapan gak tega? Entah lah.

"Gue berhak ngelarang lu karna gue kakak lu. Gue gak mau ade gue sakit hati cuma gara gara cowok brengsek itu." Kata Justin lagi.

Gue hembusin nafas gue berat, kenapa ucapan Justin ngebuat gue down.

"Yaudah sana sekarang pulang. Jangan lupa gue titip salam buat mama lu. Sampein permintaan maaf papa." Ucap Justin senyum lagi. Gue ngangguk dan jalan nyamperin Harry yang natap gue tajem.

"Kenapa berduaan sama Justin?" Tanya Harry pas gue sampai didepan dia.

"Dia kakak gue, kenapa?" Bales gue.

Gak ada jawaban lagi, mungkin dia skakmat sama balesan gue barusan.

"Ayo pulang."

"Kemana?" Tanya gue berhenti waktu Harry gandeng tangan gue.

"Ke kosan kamu, mama sama ade kamu udah pindah dari rumah saya. Katanya itu permintaan kamu."

"Iya, tapi gue gak mau pulang."

Harry naikin satu alisnya ngebuat senyum gue muncul.

"Gue mau ketemu Kesya boleh?" Tanya gue lirih.

Gak nyangka pertanyaan gue ngebuat Harry senyum.

"Ayo." Kata Harry gandeng tangan gue lagi.

×××

*Author's pov

Justin menghembuskan nafasnya berat, otaknya berfikir keras bagaimana caranya agar bisa menjauhan adik tirinya itu dari Harry.

"Justin."

Dengan sigap Justin menoleh dan mendapati pria yang tersenyum licik berjalan menghampiri Justin kemudian duduk disebelahnya.

"Mana Natasha?"

"Fuck! Kau benar-benar tidak waras. Tasha itu keponakanmu!" Bentak Justin berdiri sambil menujuk wajah pria didepannya sekarang.

Abnormal // H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang