Empatpuluh

1.2K 175 27
                                    

"Ini hadiah buat kamu dan mama kamu." Kata papa sambil nyodorin sebuah kunci. Bukan mobil tapi kayanya ini kunci rumah.

"Dan tolong kamu tanya ke Zidan sama Ali ya dia mau apa nanti papa beliin."

"Kenapa papa gak nanya langsung."

"Cha... Zidan sama Ali benci sama papa."

"Tapi papa taukan alasan kenapa Zidan sama Ali benci papa."

Papa ngehembusin nafasnya.

"Kenapa papa ninggalin kita?" Tanya gue.

"Dulu papa bingung Cha, papa berdosa banget bohongin kalian."

"Termasuk nama papa?"

Papa natap gue sayu.

"Maafin papa Cha. Papa cinta sama mama kamu, papa juga cinta sama Pattie. Papa gak bisa milih salah satunya, sampe saat itu Zidan liat papa sama Justin dan mamanya. Hari itu Zidan ngasih tau ke mama kamu dan besoknya mama kamu minta papa buat pergi dari kalian."

"Tapi papa jangan pernah nyalahin Zidan."

"Papa gak pernah nyalahin Zidan, itu emang kesalahan papa."

"Justin lahir empat tahun lebih dulu dari kamu. Waktu itu papa pengen punya anak perempuan dan Pattie gak mau punya anak lagi. Akhirnya papa ketemu sama mama kamu Cha, papa jatuh cinta sama mama kamu, dan kita nikah. Papa gak ceraiin Pattie karna papa juga masih cinta sama dia. Sampe akhirnya Pattie hamil disaat itu juga mama kamu hamil kamu."

"Hamil Jayden?" Tanya gue.

"Bukan Vanelisa."

"Lisa?" Tanya gue.

Papa ngangguk.

"Terus kemana Lisa sekarang pah?"

"Lisa ada tapi dia sibuk sama pekerjaannya."

Gue ngangguk aja deh.

"Kalian lahir cuma beda beberapa bulan aja, sedangkan Jayden seumuran sama Zidan."

Anjir papa.

"Sekarang gimana keadaan istri pertama papa?"

Papa senyum sambil ngaduk minumannya.

"Pattie meninggal tiga tahun yang lalu."

Damn!

"Maaf pah."

"No problem."

Gue ngangguk kikuk, gue masih penasaran sama Lisa yang dibilang papa.


×××


      Gue balik lagi ke kantor, ke tempat kerja gue semula. Papa nyuruh gue pindah jadi asistennya Justin, tapi gue udah nyaman kerja dibagian gue semula.

"Liburan kemana sih Sha lama banget?" Tanya mas Adi.

"Tau nih oleh-olehnya mana, diem diem aja." Timpal mas Julio.

Liburan? Ah ya gila kali orang gue ngadepin masalah dibilang liburan.

"Siapa yang bilang liburan?" Cibir gue.

"Ngeles aja kaya tukang bajay. Pak Justin sendiri yang nganterin surat cuti nya." Jawab mas Adi.

"Hooh, btw cuti seminggu potong gaji berapa?" Tanya Mira.

"Potong gaji dua bulan."

"Hah?!"  Serentak mereka berdua.

Abnormal // H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang