5. Manusia Penuh Dosa

15.5K 1.1K 46
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Ada dosa yang penggugurnya hanya berupa amalan ringan di bibir, tapi kadang ada saja manusia yang masih malas untuk mengamalkan karena merasa keberatan di tengah kesibukan, padahal dosanya sudah menimbun dalam timbangan.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

"Kenapa wajah dokter sedih seperti itu?"

Pria yang terlihat kebingungan dengan setelan baju hijau yang biasa dipakai operasi langsung mendongak, lalu mendapati perempuan ber-snelli putih bersih, senada dengan kulitnya, tengah menyunggingkan senyum. Ah, perempuan itu, baru saja dua hari lalu menangis dan meraung, kini dia telah kembali ceria. Syukurlah. Ilham lega melihatnya.

"Eh, Dokter. Nggak papa, saya cuma lagi mikir sekarang presiden lagi ngapain, ya?"

Jawaban Ilham yang terkesan ngasal itu membuat dokter perempuan yang berdiri di dekatnya tersenyum geli. Dia sudah tahu perangai Ilham yang suka sekali bercanda. "Kenapa dipikirin, Dok? Dia aja belum tentu mikirin dokter Ilham." Zanna duduk di sebelah Ilham, memandang ke depan sambil menarik napas, menghirup udara luar setelah beberapa jam berada di dalam rumah sakit.

Tanpa Zanna ketahui, kalimatnya barusan membuat Ilham sedikit tersentil. Akhir-akhir ini dia sering memikirkan perempuan bernama Intan yang katanya memiliki arti berlian, padahal dia belum tentu memikirkan dirinya. Tidak biasanya Ilham seobsesi itu menginginkan pertemuan ke sekian kali dengan perempuan berjilbab syar'i itu dan berharap dia bisa memilikinya suatu saat nanti. Maklum, selama ini Ilham lebih memfokuskan diri pada sekolahnya, hingga masalah cinta yang seharusnya menghiasi masa muda terbengkalai begitu saja. Bisa dibilang, ia terlalu bodoh untuk menjalani hubungan asmara.

"Dokter pikir sendiri aja. Kira-kira dia lagi ngapain?" Ilham masih melanjutkan pertanyaan yang sungguh demi apa pun tidak berfaidah.

"Lagi mikirin negaranya yang nggak lagi kondusif?"

Bibir bagian bawah Ilham naikkan sedikit ke atas, "Bisa jadi." Ia memandang langit dengan mata menyipit. "Cuma jawaban paling tepat itu ... dia lagi bernapas, Dok!" Mata Ilham melirik ke samping. "Ah, Dokter salah, nih," ledek Ilham seakan baru saja menang kuis berhadiah puluhan juta.

Kening sang lawan bicara mengernyit, lalu mengerling gemas. Selera humor Ilham sungguh receh sekali. Tapi ... dia suka dengan tipe lelaki seperti residen yang tengah menjalani pendidikan di tahun ke dua sebagai dokter bedah umum ini. Tidak sulit membangun obrolan dan menjalin keakraban dengannya.

"Kalau nggak bernapas ya tandanya mati, lah, Dok."

"Dokter becanda terus, nih. Garing, Dok."

"Garing kok malah tetep ketawa?"

"Siapa yang ketawa?"

"Saya liat, kok. Segaring apa pun bercandaannya, kalau saya yang bercanda bakal tetep lucu. Karena saya terlahir sebagai orang yang pandai bikin orang lain ketawa. Orang wajah saya aja udah lucu. Ya, kan? Ngaku aja."

"Iya, deh, terserah dokter Ilham. Oke, lupakan soal lagi apa bapak presiden sekarang. Nih, Dok, saya bawakan dokter buah pisang. Bukankah ini buah kesukaan dokter Ilham?"

Ilham sedikit terkejut, layaknya orang yang baru saja menerima hadiah berupa kejutan di hari ulang tahun. "Jadi isi dalam kotak makanan itu pisang? Saya pikir itu makanan buatan dokter yang nantinya akan dokter kasih ke saya. Misalnya nasi goreng atau semacam capcay, wah bakalan mantap, tuh."

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang