26. Sulit Untuk Melupakan

8.1K 1K 125
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Memaafkan memang sulit.
Namun hanya itu cara membuat masalah tak semakin berbelit.
Meski tetap saja terasa sakit.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

Intan diberikan cuti menikah selama satu pekan. Dan sekarang ini dia akan kembali masuk ke sekolah untuk mengajar dan bertemu dengan anak-anak didiknya. Ia merasa bersalah karena terlalu sering tidak masuk. Terlihat ia sudah rapi dengan setelan gamis di depan cermin. Ucapan Ilham benar adanya. Intan sering ditinggalkan tersebab kesibukannya di rumah sakit. Sesuai janji, Intan tidak akan menuntut banyak. Ia harus mendukung suaminya untuk mengejar gelar spesialis.

Setiba di ruang tamu, ada ibunya yang menghampri sambil menilik-nilik penampilan Intan. Mungkin heran karena ia terlihat sangat rapi. Praktis Intan membungkuk sebentar dan melempar senyum.

"Udah rapi, In. Mau ke mana?" tanya sang mertua.

"Lho Mas Ilham belum cerita? Kan Intan...."

"Ngajar di TK, kan?"

Intan mengangguk, pelan, ragu.

"Kamu harus jadi sebaik-baiknya seorang istri. Jadi diam di rumah aja, ya? Profesi kamu sekarang hanya sebatas seorang istri."

"Maksud Ibu?"

"Iya. Lebih baik kamu memundurkan diri dari pekerjaan itu."

Terpegun Intan mendengarnya. Memundurkan diri? Kenapa tiba-tiba?

"Kamu mengerti, In?"

Dua mata Intan berkedip. "Tapi kan, Bu. Intan suka pekerjaan ini. Bukan cuma tempat untuk Intan cari rezeki, tapi juga ketenangan. Intan bahagia ada di dekat anak-anak seusia Anin. Rasanya ... Intan nggak bisa ninggalin kerjaan ini."

"Nggak boleh. Kamu harus dengerin apa kata Ibu."

"Tapi...."

"Nggak boleh tapi-tapi."

Intan menelan ludah. Sudah beberapa hari tinggal bersama mertuanya, ia sudah paham sedikit-sedikit bagaimana perangai ibu Ilham yang tidak suka dibantah. Seakan semua perkataannya mutlak tak bisa ditawar. Intan lebih banyak menerima kekangan. Saat ia akan mencoba membuat dan menyiapkan makanan, Tita melarang. Katanya hanya dirinya yang boleh masak. Intan hanya boleh bantu-bantu saja. Semua pekerjaan rumah, hanya dilakukan oleh mertuanya seakan Intan tidak bisa berbuat apa-apa. Seakan dia hanya akan merusak fasilitas yang ada. Intan pernah mencuci baju, langsung dikomentari bahwa pakaian hasil cuciannya masih banyak yang kotor, hingga akhirnya ia dilarang mencuci lagi. Padahal niat Intan hanya untuk membantu. Wajar Intan menjadi serba salah. Sekarang saat ia akan pergi bekerja, pun masih dilarang, padahal di rumah ia tidak berbuat apa-apa.

Intan jadi teringat ucapan uminya dulu.

"Setiap rumah tangga memiliki ujian masing-masing. Kalau suami kita baik sekali, ada kemungkinan kita mendapatkan mertua yang sedikit rewel. Di situlah letak ujiannya. Makanya, setiap perempuan mendambakan memiliki mertua yang baik, yang bisa mengayomi kita sebagai istri dari anaknya. Tapi Umi doakan, semoga nanti kamu mendapatkan suami dan mertua yang punya rasa kasih sayang sama. Suami yang cinta sama Intan dengan sepenuh hati, dan mertua yang menyayangi Intan seperti anak sendiri."

"Kamu harus nurut ya sama Ibu. Ilham juga kayaknya setuju Kamu jangan sampai kayak Riana yang mandul. Nggak bisa kasih keturunan! Kan wajar sekarang Ibu berharapnya sama Intan."

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang