34. Pertama Kalinya Merindu

8K 1K 140
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Rasa rindu yang datang bukan untuk dicaci.
Tapi untuk dipelajari, disadari, diresapi, bahwa kebersamaan sangatlah berarti.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

Malam itu sekitar pukul sebelas malam, rumah sakit kedatangan pasien kecelakaan lalu lintas berjenis kelamin pria. Ilham yang sedang kebagian jaga malam mendapat laporan dari dokter IGD tentang kondisi pasien tersebut yang memerlukan penanganan dokter bedah. Setelah hasil diagnosis keluar, Ilham memutuskan untuk melakukan operasi Cito.

Sepanjang melaksanakan operasi, Ilham berusaha fokus sefokus fokusnya padahal pikiran dan kondisi tubuhnya sedang tidak baik-baik saja. Semuanya terasa berat untuk ditanggung. Kepalanya serasa ingin pecah sebab harus menerima protesan ibunya tentang Intan yang malah tidak pulang ke rumah. Berulangkali Ilham menjelaskan bahwa Intan hanya butuh ketenangan dengan uminya, tapi alasan itu sama sekali tidak diindahkan.

"Intan terlalu manja!"

"Intan terlalu berlebihan!"

"Harusnya sebagai suami kamu itu harus tegas!"

"Dia harusnya sadar kalau keadaannya udah berubah. Dia udah jadi istri sama mantu. Jangan dikit-dikit pulang. Dikit-dikit pulang. Kalau masalah kayak gini aja pulang, gimana masalah besar nanti?!"

"Kamu juga! Kamu itu terlalu manjain Intan!"

"Kamu nggak bisa tegas!"

Sejak hari di mana ia tahu bahwa semua tak sesuai harapan, tak seindah bayangan, sangat menyakitkan, berat, perutnya tidak dimasuki asupan makanan. Jangankan makan, bicara pun jarang. Tentu saja hal itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin memenuhi kepala orang-orang di sekitarnya yang sangat mengenal watak dokter yang biasanya terlihat ceria dan ramah tamah. Bahkan tadi siang pun, salah satu koas bimbingannya melakukan keteledorannya yaitu salah dalam menuliskan skala GCS. Hal itu membuat Ilham marah seakan koasnya melakukan kesalahan besar yang tidak bisa ditoleri.

"Kamu ini bagaimana, Dik? Hitung GCS aja salah, gimana yang lainnya? Kamu serius kan mau jadi dokter?! Nyawa pasien ada di tangan dokter. Pasien selalu berharap penuh sama dokternya. Kalau dokternya nggak teliti begini, bisa bahaya buat keselamatan nyawa mereka. Jangan sepelekan setiap kesalahan sekecil apa pun itu. Jangan ulangi lagi! Mengerti?"

Dokter muda perempuan yang mendapat semprotan dari Ilham cukup shock mendengar semua rentetan kalimat yang lumayan menusuk hati. Pertama, kata teman sejawatnya yang sebelumnya dibimbing dokter Ilham bercerita banyak bahwa residen dari ahli bedah itu terkenal ramah, baik, dan jarang marah, tapi kali ini yang ia dapatkan justru sebaliknya. Ke dua, kata-kata yang Ilham lontarkan berhasil mematahkan mental si koas dalam perjuangannya untuk menjadi dokter sungguhan.

Karena cercaan Ilham pula, suasana IGD menjadi hening dan saling melempar tatapan aneh. Tidak biasanya Ilham membentak koasnya. Kalaupun ada dari mereka yang melakukan kesalahan, pasti dinasihati secara baik-baik.

"Sepertinya masih ada pendarahan, Dok," ucap perawat.

Ilham kembali mengecek dengan teliti pada area abdomen, mencoba mencari letak pendarahan, hingga ia menemukan jawabannya. "Diafragmanya ternyata robek..." cetusnya kemudian.

"Dok, saya akan gabungkan residen dari bedah jantung malam ini yang sedang bertugas untuk mengatasi soal diafragma," ucap Ilham kepada dokter anestesi.

"Baik, Dok." Dokter itu mulai memanggil dokter yang Ilham minta lewat telepon, lalu didekatkannya telepon itu ke telinga Ilham.

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang