32. Bukan Bidadari Impianmu

7.4K 1K 300
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Benar, berharap pada manusia hanya akan berujung pada kekecewaan yang tiada akhir.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

By JaisiQ

🌼🌼🌼

Pandangan Intan langsung beralih pada Ilham.

"Enggak, Mas. Dia bohong."

"Jangan ngelak, Intan," sahut Dimas.

Intan melihat Dimas lagi dengan tatapan membunuh.

"Jangan ngelak. Kita memang pernah....."

"Kamu hati-hati kalau bicara, Dim." Ilham mengambil posisi Intan, membelakangi Intan, dan mulai menginterogasi Dimas. "Orang tua kamu udah nyekolahin kamu tinggi-tinggi tapi begini hasilnya?"

"Aku bicara sesuai fakta. Bang Ilham harus tau kalau Intan bukan perawan lagi..."

Ilham langsung menarik kerah baju Dimas dan langsung melayangkan tonjokan di pipi Dimas hingga lelaki itu terjerembab di atas ubin akibat emosi yang sudah ada di puncak. "Jaga ucapan kamu! Jangan asal nuduh! Jangan asal fitnah istri saya!"

Intan mundur sambil membekap mulutnya. Kini semuanya harus benar-benar dibongkar.

Sudah saatnya luka masa lalu harus dibuka lagi.

"Kamu sekolah tinggi cuma buat fitnah orang?!" teriak Ilham. "Cuma buat ngarang cerita nggak bermutu?!"

Dimas tidak langsung membalas, berusaha kembali berdiri, dia malah tertawa kecil. "Bang Ilham tanya aja sendiri sama istrinya. Kalau aku cuma fitnah, dia nggak bakal semarah bahkan sampai ngancem untuk bunuh aku."

"Sekali lagi kamu bicara saya habisin kamu.... Pergi!"

"Oke, Bang. Lebih baik Bang Ilham tanya sendiri Intan biar percaya. Aku cuma sayang aja sama Bang Ilham, punya istri kayak Intan. Kalau begitu, Kak Wanda jauh lebih baik."

"Pergi!"

"Oke. Aku pamit dulu." Dimas keluar sambil mengelus pipinya yang telah Ilham hajar.

Ilham berbalik, melihat Intan yang sedang menangis tanpa melihat ke arahnya. Suasana kembali senyap selain suara isak tangis.

"Kamu nangis, bantal sampai ada di bawah." Ilham memulung bantal yang tadi Intan pakai untuk melnyerang Dimas lalu diletakkannya di atas ranjang. Setelah itu Ilham memungut pisau yang Intan pakai demi menghabisi nyawa Dimas namun hanya sebatas gertakan saja. "Sampai harus pakai pisau saking marahnya sama Dimas....." Pisau di tangannya sudah tersimpan di atas meja. Kini pandangan Ilham terfokus pada Intan.

"Mas Ilham percaya sama dia?" tanya Intan refleks.

"Tapi semua bukti mengarah kalau Dimas bener!"

Untuk pertama kalinya, Intan mendengar Ilham bicara dengan nada tinggi. Hanya dengan satu kalimat intonasi beda dari biasanya saja mampu memukul lubuk hati.

"Dimas bener?" tanya Ilham, nadanya sudah menurun kembali.

Intan belum mampu menjawab.

"Jawab, Intan."

Seperti Dejavu, Intan harus kembali dihadapkan dengan situasi ini. Harus mengaku di depan orang yang begitu menyayanginya, yang begitu percaya terhadap dirinya, yang sangat-sangat menaruh harap ia bisa menjaga diri. Yang sangat berharap bahwa dirinya adalah berlian tanpa noda.

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang