8. Ucapan Terima Kasih

9.6K 1K 141
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Cara membuat orang lain bahagia begitu sederhana.
Salah satunya cukup ucapkan terima kasih ketika dia sudah menolongmu.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ.

🌼🌼🌼

"Allah selalu bersama Mbak Intan. Jangan sedih dan takut."

Terdengar suara ketukan bertalu antara pisau dan talenan, menemani lamunan Intan tentang hari kemarin. Lantunan nama-nama Allah yang kemarin terdengar yang diputar seorang dokter masih berdenging di telinga. Bagaimana bisa dokter itu tahu bahwa ia sangat menyukai asma Allah? Bagaimana bisa ia tahu bahwa jika sedang kambuh, ia butuh mengingat Allah, terutama nama-nama lainnya yang indah? Mengapa dia melakukan itu di waktu yang tepat?

Intan meletakkan wajan di atas kompor, kemudian mulai menuangkan minyak. Setelah menyalakan kompor hingga minyak mendidih, ia memasukkan potongan pisang yang menjadi bahan utama masakannya pagi ini. Aroma pisang yang berbaur dengan minyak panas mulai membungkus dapur. Pisang keju termasuk cemilan favorit Intan sejak dulu. Sebenarnya Intan tidak suka pisang, tapi jika diolah menjadi pisang keju atau yang lainnya, ia sangat menyukainya. Apalagi pisang cokelat. Terdengar aneh, tapi begitulah kenyataannya.

"Mentang-mentang nggak puasa, nih. Pagi-pagi udah masak. Wangi, lagi. Awas lho nanti Umi pengin buka gara-gara kamu."

"Eh, Umi. Enggak, ini bukan buat Intan, kok."

"Terus, buat siapa?"

"Buat seseorang."

Seseorang.....

Seseorang?

Entah mengapa kata itu membuat orang yang mendengar merujuk pada 'satu orang spesial'. Termasuk Dian, dia segera berdiri di sebelah Intan dengan raut kepo khas ibu-ibu yang ingin tahu soal asmara putrinya.

"Sekarang udah punya seseorang? Udah mau buka hati?" tanya sang umi mengusap kepala Intan yang sudah ditutupi khimar.

"Umi apaan, sih? Bukan itu. Kemarin ada salah satu murid Intan yang ketabrak...."

"Hah? Ketabrak? Innalillahi....." Dian menutup mulut dengan jari, nampak syok. "Terus sekarang gimana keadaannya?"

"Iya, Mi. Kasian banget. Makanya sekarang Intan mau jenguk dia ke rumah sakit. Terpaksa hari ini harus izin minta libur dulu," jelas Intan sambil membalikkan pisang yang sudah mulai berubah warna dengan spatula.

"Ya Allah.... Semoga dia baik-baik aja, ya."

"Iya, aamiin, Mi. Minta doanya, ya."

"Jadi kamu mau ngasih pisang keju ini ke murid kamu, In?"

"Iya, Mi. Semoga pas Intan ke sana dia udah baik-baik aja." Kemarin setelah kejadian kambuh itu Intan memutuskan langsung pulang tanpa ingat dengan muridnya yang ia bawa ke rumah sakit.

"Iya aamiin, semoga dia baik-baik aja."

Sebenarnya Intan sengaja berbohong. Ia tidak mau ketahuan akan memberikan masakannya kepada dokter lelaki yang kemarin sudah mau membantu menenangkannya dari serangan masa lalu. Akan sangat panjang sekali dan ruwet kalau uminya tahu. Dia akan banyak bertanya-tanya. dan Intan malas membahasnya. Uminya selalu sensitif jika menyangkut perihal pria---sensitif menggoda Intan untuk segera melepas status lajang.

🌼🌼🌼

"Dok, anak saya itu suka olahraga lari. Cita-citanya mau jadi pemain bola handal seperti almarhum ayahnya. Gimana mungkin dokter bilang mau mengamputasi kakinya? Dokter jangan main-main! Ini kaki anak kecil, Dok! Masa depan dia masih panjang. Jangan lakukan itu hanya demi mendapat keuntungan!"

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang