38. Sampai Di Sini

9K 1.3K 668
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sampai di sini
Tiga kata yang mampu mewakili, bahwa semuanya sudah benar-benar berakhir.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

"Demi kebaikan semuanya...." Intan mengangguk sambil menahan air mata. "Mas Ilham.... Ceraikan, aku, Mas. In syaa Allah aku ridho."

Ilham langsung menggeleng. "Enggak, In. Sampai kapan pun aku nggak bakal cerain kamu." Atensi Ilham langsung beralih pada ibunya. "Bu, Ibu jangan begini. Pernikahan itu sekali seumur hidup. Sama kayak pernikahan Ayah sama Ibu yang sampai detik ini masih sama-sama. Apa Ilham nggak berhak ngejalanin pernikahan sama kayak kalian? Jangan bawa-bawa Mbak Riana sama Mas Irhan juga."

"Ini beda lagi keadaannya, Il. Pernikahan Ibu sama Ayah awet karena kita sepadan."

"Buu..." tegur sang suami.

"Itu fakta, Yah!"

"Enggak, Ilham nggak bisa pisah dari Intan. Intan perempuan baik. Dan Ilham udah janji nggak bakal pernah ninggalin dia."

"Tapi masa lalunya sangat-sangat menjijikan!"

"Ibu, stop! Jangan ungkit-ungkit lagi masa lalu Intan."

"Kamu mau membangkang perintah ibu kamu sendiri?"

"Umi, tolong jelasin sama Ibu saya. Islam melarang keras perceraian, kan?" Ilham berusaha mendapatkan pembelaan dari mertuanya.

Dian seperti kehilangan kata-kata. Karena jika dilihat, bagaimanapun ia menjelaskan, Tita tidak akan mengubah pikirannya untuk memisahkan Intan dan Ilham. Segamblang apa pun ia memberi nasihat dengan menggunakan hukum agama, sepertinya tak akan mempan. Tapi ... ia harus berusaha.

"Umi, ayolah....." desak Ilham.

"Perceraian memang diperbolehkan dalam Islam, tapi Allah sangat membencinya. Sebagai orang tua, kita tidak berhak menyuruh anak kita untuk berpisah dari istrinya. Tadi saya sudah menjelaskannya, Bu. Tolong pahami posisi Intan. Dulu dia hanya korban, sekarang Intan benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Sudah bertahun-tahun dia berusaha menata hidupnya supaya menjadi lebih baik. Dia mendalami ilmu agama dan sempat masuk pesantren untuk belajar. Pikirkan ini, Bu. Pernikahan bukan main-main."

"Sudah tau bukan main-main tapi kenapa Intan nggak jujur dari awal kalau dia udah nggak perawan? Berarti dia menganggap ini main-main. Karena diawali dengan kebohongan dan penipuan."

"Intan hanya ingin menjaga aibnya. Ibu harus mengerti posisi dia."

Ibu Ilham pura-pura tidak mendengarkan. Hatinya sudah tertutup oleh kebencian. Bersikukuh tak ingin memberi restu karena ia yakin, Ilham akan mendapatkan yang lebih baik lagi, yang jauh lebih bisa menjaga kehormatannya dibandingkan Intan. Ia tidak mau memiliki anggota keluarga yang memliki masa lalu seburuk itu, terlebih menantunya sendiri.

"Ibu, ayo kita bicara." Sang suami meraih tangan Tita.

"Mau baca apa sih, Yah? Udah, di sini aja."

Pandangan Surya terlempar kepada Intan dan Ilham. "Kalian berdua jangan cerai. Ibu cuma lagi emosi. Nggak usah didengerin. Ilham, bawa Intan ke kamarnya, dia butuh istirahat. Udah Intan, kamu nggak perlu dengerin ucapan Ibu."

"Ayah apa-apaan, sih! Ibu serius!"

Tanpa menghiraukan ibunya, Ilham mengajak Intan ke kamar. Semua ucapan sang mertua yang menyinggung soal masa lalunya tak bisa Intan anggap sebagai angin lalu. Intan tak yakin bisa melewati semua. Intan tak yakin akan mampu bertahan.

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang