29. Kalah Oleh Nafsu

8K 1K 677
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Sesungguhnya Allah-lah yang mengirimkan ujian.
Maka sudah sepatutnya kita meminta pertolongan-Nya untuk mengatasi permasalahan.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

"Kamu kok ada di sini?"

Pertanyaan itu Ilham dapatkan dari sang ibu saat ia akan kembali ke rumah sakit.

"Habis anter Intan, Bu."

"Anter Intan? Tunggu ... kok wajah anak Ibu yang selalu ngaku ganteng ini kayak keliatan sedih? Kenapa? Ada yang nyaingin kegantengannya, ya?"

"Nggak pa-pa. Oh iya, aku minta tolong sama Ibu. Kalau Intan nggak keluar-keluar dari kamarnya, Ibu coba bujuk dia, ya? Antar makanan ke kamarnya."

"Emangnya Intan kenapa?"

"Mungkin sakit, nggak enak badan."

"Ooh iya, kamu tenang aja, nanti biar Ibu yang urus."

"Iya, Bu. Makasih." Ilham mengangguk, menyalami ibunya, kemudian pergi dengan langkah yang membuat sang ibu curiga. Bagaimanapun dia adalah ibunya, yang kenal betul dengan perangai sang anak sejak dalam kandungan. Dan tadi Tita bisa melihat bahwa anaknya sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya sedikit mendung dan cara bicara yang pendek-pendek. Tidak seperti biasa.

Tita melempar pandangan ke pintu kamar Ilham, menatap lamat-lamat, mengerti apa yang sedang terjadi. Ia menduga anak dan menantunya sedang terlibat masalah.

Sebagai seorang orang tua dan mertua ia tidak akan ambil pusing. Masalah dalam rumah tangga itu wajar. Ia yakin mereka mampu menyelesaikan.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, konsentrasi Ilham dalam menyetir buyar. Pikirannya hanya tertuju pada Intan, Intan, Intan, dan Intan--istrinya yang menyimpan banyak misteri.

Ilham tidak bisa diam saja. Ia harus segera bertindak.

Masalah ini harus segera diselesaikan.

Sebelum benar-benar kembali ke rumah sakit, Ilham menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke kuburan kakeknya. Ilham butuh ketenangan, dan entah kenapa hatinya mengatakan bahwa ia harus ke sana. Disusurinya pemakaman yang lengang dengan mata yang sedikit menyipit lantaran pancaran teriknya sinar matahari sembari bertanya dalam benak bagaimanakah keadaan mayat-mayat yang sudah terkubur ini? Bagaimana keadaan ruh mereka?

Setelah berjalan beberapa meter, akhirnya Ilham tiba di kuburan almarhum sang kakek yang sudah ditumbuhi rumput. Lelaki itu berjongkok, menyentuh permukaan kuburan guna menyingkirkan daun kering yang hinggap di sana.

Baru sekarang Ilham menjenguk semenjak pemakaman. Ia baru sempat menemui kakeknya yang selalu Ilham doakan tenang di alam sana.

"Kamu itu jangan perlakukan Tuhan kayak ambulan. Ngehubungin pas lagi butuhnya aja dan pas bener-bener lagi kepepet. Kalau ambulan dipanggil pas butuhnya aja itu kan wajar. Nah kalau Allah? Kurang ajar."

"Wah Kakek lagi nyindir Ilham, kan? Datengin Kakek kalau pas ada masalahnya aja."

Sang kakek tertawa. "Setiap masalah ada jalan keluarnya, Il. Jangan pernah putus asa. Jangan jadikan manusia sebagai sandaran pertama. Tetap nomor satukan Allah. Sebab Dia-lah yang paling mengerti keadaan hamba-Nya."

"Andai Kakek masih hidup, pasti Kakek bisa bantu Ilham untuk nyelesain masalah ini. Kakek bakal ngasih tau apa yang harus Ilham lakuin. Ternyata tugas seorang suami itu berat, ya, Kek?"

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang