17. Ingin Balas Budi

8.4K 1K 98
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Jika hidup dipenuhi ujian tiada jeda, itu sudah membuktikan bahwa dunia hanya tempat singgah sementara.
Karena tujuan diuji bukan untuk menyusahkan manusia, melainkan melatih kesabaran hamba.

__SEINDAH ASMA ALLAH__

by JaisiQ

🌼🌼🌼

Mobil Trian berhenti di depan sebuah Masjid di daerah Penggilingan, Jakarta Timur. Habis memenuhi undangan pertemuan teman lamanya. Meski tidak begitu paham agama, Trian yang sadar umurnya semakin berkurang, memiliki prinsip agar jangan sampai meninggalkan salat.

Saat melangkah mendekati teras, ia melihat seorang lelaki sedang mengepel lantai. Setelannya agamis sekali. Baju kemeja biru muda, sarung, dan kopiah. Wajah lelaki itu seperti tak asing lagi di mata Trian. Antara ingat atau tidak, pandangan Trian fokus pada si wajah lelaki bertubuh agak besar dari dirinya.

Sadar seorang pria sedang memerhatikan si marbot Masjid, salah seorang jamaah yang baru menyelesaikan salat Isya bertanya perihal Trian yang sejak tadi memperhatikan sang marbot.

"Seperti pernah melihatnya. Tapi saya lupa di mana." Trian melepas sepatu, matanya terus saja mencuri-curi pandang akibat rasa penasaran yang sulit dienyahkan.

"Dulu dia awalnya preman di daerah sini, Mas. Sekarang sudah tobat dan memutuskan untuk menjadi seorang marbot. Banyak orang yang menjauhi karena dulunya tukang malak."

"Preman?"

Lelaki itu mengangguk.

Tepat! Kini Trian ingat.

Kejadian enam tahun silam membuktikan, bahwa Trian mengenal si marbot Masjid yang dulu tanpa alasan menghajarnya.

"Sekarang saya ingat!"

Orang yang tadi menyampaikan berita tentang sang marbot meninggalkan area Masjid meski tadi sempat ikut ingin tahu.

Trian lekas bangkit, kemudian menghampiri marbot Masjid yang hendak pergi bersama perlengkapan alat pel. Mungkin dari pria itu, Trian bisa mendapatkan info tentang apa yang terjadi selepas Trian berhasil kabur.

"Tunggu, Pak!"

"Iya, Mas? Ada yang bisa dibantu?" tanya sang marbot urung pergi.

Tonjokan yang dulu Trian dapatkan kembali melayang-layang di benak. Sabar. Itu sudah berlalu. Sang preman sudah tobat.

"Anda pasti sudah lupa sama saya. Tapi saya ingat siapa Anda."

"Maksudnya Mas?"

"Apa Anda ingat saya? Remaja yang beberapa tahun lalu pernah terlibat perkelahian. Saat itu terjadi pacar saya ikut...."

Deg! Wajah lelaki itu berubah. Seperti langsung mengingat sesuatu.

Trian semakin penasaran.

Kejadian malam itu tak akan pernah terlupakan. Karena dari sana, semua kehancuran terjadi. Dari sana, ia ingat akan semua dosa-dosa yang pernah diperbuat.

Karma itu nyata ada.

Trian menunggu dengan harap-harap cemas.

"Ya ... saya ingat."

Trian langsung menjentikkan jari. "Syukurlah. Saya pikir sudah lupa." Memang di luar dugaan.

"Saya tidak mungkin melupakannya."

Seindah Asma Allah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang