Bagian : 4

866 17 1
                                    


Hendrik, Riski, dan Erpandi.

Semenjak aku di Samarinda mereka begitu sering ke rumah Tanteku, tetapi mungkin saja mereka memang sudah sering ke sini sebelum aku datang.

Setelah beberapa hari aku baru sadar ternyata Hendrik dan Riski adalah teman satu kelasku,
sedangkan Riski dan Erpandi adalah adik kakak.

Setiap mereka datang aku tetap di kamar baring sambil bermain handphone, daripada mengurusi mereka. Tidak siang, malam, tidak ada bosan-bosannya.

Lalu sepupuku datang dan langsung menepuk bahuku lalu tertawa.

"Di antara mereka ada yang suka sama kamu tahu,"
ucap Lingsih sambil menatapku.

"Apaan sih!"
jawabku dan masih fokus ke handphone.

"Kamu tahu gak mereka tuh ke masjid gara-gara mau lihatin kamu. Padahal ya dulu-dulu mana ada mereka kaya gitu,"
ucap Lingsih dengan nada pelan.

"Suudzon!"
jawabku sambil mencubit tangannya.

"Sakit!"
ucap Lingsih dengan nada kesakitan
sambil mengusap-usap tangannya yang memerah.

"Yaudah. Aku balik dulu mau mandi,"
ucap Lingsih sambil keluar kamar.

"Ho'oh!"
jawabku dengan singkat.

Hari mulai senja dan langit mulai gelap.

Aku segera bangun dari tempat tidur lalu siap-siap ke masjid menarik sarung dan handuk yang ada di jendela dan segera masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai aku masuk ke kamar memakai pakaian, memakai mukena dan segera ke masjid shalat maghrib berjamaah.

Setelah selesai aku segera menuju perjalanan pulang ke rumah. Tiba-tiba mereka datang.

"Ris, Riska!"
ucap Hendrik, Riski dan Erpandi sambil berlari-lari kecil.

Aku hanya menoleh ke arah mereka lalu melanjutkan langkahku.

"Aku boleh minta nomor kamu gak?"
tanya Hendrik sambil berjalan di sampingku.

Aku tidak pernah menghiraukan mereka sama sekali dan tetap melanjutkan langkah kakiku dengan begitu cepat.

Sampai di rumah aku membuka mukena dan menggantungnya di belakang pintu kamar.

Sambil menunggu masuknya shalat isya aku makan malam terlebih dahulu.

Sudah waktunya aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat.

Setelah selesai aku membuka mukena dan menggantungnya lalu keluar di ruang tamu menonton televisi.

Jam 22:00 aku segera masuk ke kamar lalu baring memeluk guling menarik selimut menyelimuti tubuhku memejamkan mata dan akhirnya aku tidur.

Jam 05:00 aku segera bangun membuka jendela kamar dan merapikan tempat tidur lalu mengambil handuk dan sarung yang ada di dalam lemari dan masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai aku masuk ke kamar memakai seragam sekolah, memakai mukena melaksanakan shalat subuh.

Setelah selesai aku membuka mukena dan menggantungnya di belakang pintu kamar.

Masa Lalu Dan Hijrahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang