19. PERASAAN TAK RELA

15.1K 924 110
                                    

Aku publish kembali, partnya tapi beda isi.

Selamat membaca.

19. PERASAAN TAK RELA

“Enggak nyamperin kesana Cin?” tanya Mia ketika ia melihat kearah depan.

Cinta menggeleng. “Mau ngapain emang?” tanya Balik Cinta.

“Ya..nyamperin Rimba lah,” katanya.

Cinta memutar mata. Mau ngapain ia kesana? Terlebih kepada Rimba buat apa? Anak-anak geng inti Brandal dilapangan memang sedang dijemur. Entahlah karna apalagi. Yg pasti. Karna kesalahan mereka sendiri.

“Alay banget sih,” gumam Cinta kala ia melihat anak perempuan berteriak heboh.

Mia menoleh kesamping. “Namanya ganteng sama famous mah gitu, bisanya bikin anak orang heboh aja,”

Cinta mendengus. “Ceweknya aja yg terlalu berlebihan,”

Mia menggelengkan kepala. “Malem lo nginep dirumah Mora?”

Cinta mengangguk. “Iya,” singkatnya.

“Masalah lagi?” tanya Mia.

Cinta berdecak. Mia terlalu banyak bertanya. Saat melihat raut itu, Mia tertawa. “Pis,” kata Mia.

“Kalau boleh jujur. Pertemanan kita lo anggep apa Cin?” pertanyaan tiba-tiba yg membuat tubuh cinta terpaku.

Mia menatapnya sambil meyunggingkan senyuman manis.

“Lo cuman bisa terbuka sama Mora. Sedangkan kita semua? Nggak ya? Padalah kita udah terbuka sama lo. Apa masih kurang pertemanan kita?” tanya Mia lagi.

Cinta masih diam. “Jujur. Saat lo masih jadi orang terdingin disekolah ini dulu. Kita kan yg mengulurkan tangan sama lo? Disaat lo bener-bener benci dunia luar. Dan saat lo anggap pertemanan adalah hal munafik. Tapi kita berusaha mati-matian patahin semua itu. Tapi? Apa lo masih tetep gak percaya sama kita? Atau, ada hal yg buat lo gak nyaman berteman dengan kita?”

Setelah Mora. Mia lah yg akan menjadi tempat mereka bercurah. Selain karna Mia agak kalem. Perempuan itu juga bisa menyikapi semua hal dengan kepala dingin. Contohnya seperti ini.

Jika Binka bahkan Karin atau Reina Mereka pasti akan tersulut. Memang benar. Cinta selama ini hanya seterbuka itu pada Mora. Tidak berlaku kepada mereka. Tapi jika boleh jujur. Ia hanya malu.

Cinta hanyalah pendatang baru dilingkaran pertemanan mereka. Sedangkan Mora. Sebelum gadis itu pindah kejakarta pun ia sudah mengenal Mereka terlebih dahulu. Sedangkan dengan Mora. ia lebih lama mengenalnya dibandung.

Mia menatap Cinta lagi.

“Apa lo masih gak nyaman dengan pertemanan kita yg hampir 2 tahun?”

“Bukan gitu Mi. Tapi gue ngerasa hanya jadi orang baru disini,” jawab Cinta.

Mia mengangguk. Ia menepuk pundak Cinta. “Kita gak pernah anggep sahabat dari jangka waktu berteman. Bahkan lo tau, sekalipun pertemanan itu udah dijalani selama mungkin kalau diantara mereka gak ada kepercayaan buat apa? Sia-siakan?”

RIMBA ( TAMAT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang