27. I love you
Cinta tidak tahu harus apa.
Dia berada difase ingin percaya tapi masih ragu untuk melangkah maju.
Pernyataan Rimba malam itu, membuat dirinya frustasi. Tadi malam ia tak bisa tidur, bahkan dia tidak berfikir selain berfikir, apakah lelaki itu serius? Apakah Laki-laki itu tak main-main? Apakah Laki-laki itu menyukainya? Atau hanya sekedar rasa kagum belaka? Dia pernah melihat perpisahan diantara kedua orang tuanya. Ia bisa melihat bagaimana hubungan yg tercerai berai, menyisakan kepiluan diantara mereka, pisah, kata itu yg ia takutkan, ia takut jika melangkah maju dan ketika pada saatnya ia terjatuh, ia tak bisa bangkit dan akan terlihat menyedihkan seperti seseorang yg pernah ia kenal. Pengalaman Cinta sudah ia lihat dari banyak orang.
Merasakan patah hati untuk kedua kalinya bukankah sakit?
Cinta pertama anak perempuan terletak pada ayahnya, dan ketika dia hilang? Dia juga yg akan menjadi patah hati pertamanya, bukan hanya itu, Cinta pernah merasakan namanya menyukai seseorang sampai-sampai ia tidak bisa membedakannya yg mana memainkannya dan yg mana yg tulus padanya. Keluarga yg berantakan, pengalaman yg tidak baik, membuatnya berada pada fase ini. Jika hati bisa berbicara, dia tidak akan berbohong untuk mengatakan suka dan cinta kepada Rimba.
Tapi...
Dia hanya ragu.
Ragu memulai semuanya. Ragu menerima Rimba yg bahkan belum satu tahun ia kenal.
Bukan aku yg menginginkannya, tapi hati dan logika ku pernah merasakan sakit yg teramat sakit hingga mengenal dan mempercayai sebuah cinta yg terulur padaku menjadi sebuah fase yg meragukan
"Masih sama?" sebuah suara berkumandang ditelinganya.
"Udah dateng?" Mengabaikan ucapan perempuan disampingnya. Perempuan itu memilih bertanya.
"Jangan ngalihin topik, masih sama?"
"Mor, lo gak bisa selalu baca apa yg ada pikiran gue, gue gak nyaman," ucapnya. Jujur. Cinta tak nyaman.
Mora mengangguk.
Hening
Diantara mereka hening, tak ada suara yg ada hanya suara hembusan nafas yg beradu diantara mereka berdua, mereka berada dikelas, perempuan itu, Cinta, datang lebih awal dari biasanya, dan dengan pekanya, Mora juga datang lebih awal. Perempuan dan sahabat yg paling mengerti dirinya memang Mora, hanya saja, perempuan itu tak akan ikut campur jika Cinta menolaknya. Perempuan itu memang sepengertian itu dalam menyikapi satu hal. Bahkan, Cinta merasa kagum dengan ketabahan perempuan itu bersama Ael kakaknya, yg dua tahun terakhir ini mereka hidup sendiri, tanpa adanya orang tua bahkan keluarga diantara mereka.
"Mama lo telfon gue." Mora berbicara.
"Mama?" Cinta mengerutkan kening.
"Mama lo, dia bilang mau adain pesta buat ulang tahun lo, mau suprise sama lo," kata Mora.
"Tapi kenapa lo kasih tahu gue?" Ujarnya.
"Satu hal. Mulut gue lagi bocor." Tanpa senyum, perempuan itu menghiburnya.
"Gue mau tua!" kata Cinta.
"Tujuh belas tahun, tua?" Kata Mora lalu menggelengkan kepala.
Cinta tertawa. "Kenapa lo lucu sih?" Tanyanya. Mora mengedikkan bahu. "Hubungan itu memang ada fasenya untuk berberpisahMora mengatakannya tanpa melihat lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIMBA ( TAMAT )
DiversosRimba Altar Negara, cowok berbandana hitam di kepalanya dengan ekspresi sangar yang identik pada wajahnya. Cowok yg juga menjadi ketua geng dengan masa jabatan dua tahun karna penyerahan jabatan Angkasa yang dilakukan padanya secara mengejutkan. Ri...