"Kau yakin dengan keputusanmu?""Ne Hyung. Mau bagaimana lagi? Aku sudah tidak bisa mendapat beasiswa untuk kuliah dimana-mana. Entahlah, mungkin aku yang salah tidak memperhatikan nilaiku dengan baik"
"Hei, dimana Jaehyun yang aku kenal dulu? Apa karena gadis itu kau jadi begini?"
"Berhenti mengatakan itu Daniel Hyung. Disini hanya aku yang salah. Tidak ingin berandai-andai supaya ini tidak terjadi. Aku menerima semuanya. Jadi, bisakah Hyung cepat memesan tiket untukku ke Thailand besok?" Jawab Jaehyun.
"Hyung masih bisa menanggung biaya kuliah mu. Tidak perlu memikirkan beasiswa Jaehyun-ssi"
Jaehyun menggeleng. "Tidak usah Hyung. Aku memang harus belajar mandiri mulai sekarang"
"Hei mengelola restoranku juga butuh ilmu. Kau harus kuliah disana"
"Tapi Hyung--"
"Tidak ada penolakan. Kau bisa bekerja sambil kuliah seperti sebelumnya kan?"
"Arraseo. Tapi sungguh, aku sangat berterimakasih padamu Hyung"
"Gwenchana. Berkemaslah. Penerbanganmu di majukan malam nanti"
"Wae?"
"Aish bocah. Lebih cepat lebih baik. Sudah sana berkemas. Hyung menunggumu diluar"
"Ne"
.
Jaehyun menatap keluar kaca jendela. Pikirannya dipenuhi dengan masa lalu. Bagaimana dia masih belum bisa melupakan seorang Dahyun.
Gadis yang tidak ditemui nya lagi setelah kejadian itu. Dahyun bahkan tidak mengikuti acara kelulusan sekolah.
Apa itu karena dirinya?
Jaehyun selalu mencemaskan hal itu. Segala cara telah ia coba agar bisa menemuinya, namun semesta seakan tidak mengijinkan dirinya untuk hanya sekedar melihat kembali wajah dingin dan angkuh gadis itu.
Jaehyun rindu, sangat rindu.
Ini sudah 5 bulan terhitung sejak Jaehyun lulus dari sekolah itu. Benar-benar menghilang.
Dahyun tak kunjung muncul di hadapan nya."Kau bawa kemana semesta? Tolong jangan hilangkan dia. Sebentar saja, aku ingin melihat wajahnya. Apa dia bahagia?" Batin Jaehyun.
"Kau melamun?" Suara Daniel membuyarkan lamunan Jaehyun
Jaehyun menoleh. "Ani Hyung"
"Kau terlihat murung dari tadi"
"Ah. Ini mungkin karena aku akan meninggalkan Korea. Bukankah ini pertama kali aku keluar negeri?"
Daniel mengangguk. "Makanya aku cemas memikirkan mu. Apa kita batalkan saja? Kau bisa mengurus restoranku yang ada di--"
"Ani. Aku tidak ingin membatalkannya. Keputusanku sudah bulat untuk membantu mengurus restoranmu disana. Dengan begitu bukankah Hyung tidak perlu bolak-balik kesana? Hyung bisa sekaligus menjaga Noona disini"
"Gomawoo. Tidak sia-sia aku mendidikmu, kau tumbuh semakin bertanggung jawab Jaehyunie"
Jaehyun hanya tersenyum canggung. Andai saja yang mengatakan itu adalah Dahyun.
Andia saja dia punya beberapa alasan untuk membuat nya berkesan di mata Dahyun.
Andai saja.. Dahyun..
"Kita sudah sampai. Kau turun dan masuklah ke bandara. 15menit lagi pesawat mu take off. Hyung tidak bisa mengantar mu kedalam. Sowon sudah menungguku"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER
Fanfiction"Tidak ada yang nyata di dunia ini, bahkan aku tidak pernah berfikir kalau kebahagiaan itu benar-benar ada",-Kim Dahyun "Ada apa dengan nya? Seolah semua orang tidak berhak bahagia kecuali dirinya",-Jung Jaehyun "Aku menyayangimu, Kim Dahyun. Kuhara...