Bagian 13

851 110 4
                                        

Mereka tiba di rumah Dahyun dengan masih dalam suasana hujan lebat. Dahyun turun dari motor Jackson dengan susah payah. Dia merasa pusing karena hujan-hujanan ditambah naik motor.

"Oppa gomawo-yaa sudah mau mengantarku"

"Ne. Cepatlah masuk nanti kau sakit. Oppa pergi dulu ya. Bye"

"Ne Oppa, hati-hati"

Jackson mengangguk dan memakai helmnya lalu pergi meninggalkan halaman rumah Dahyun

Dahyun masuk kedalam rumah dengan tubuh menggigil. Namun dia tidak menunjukkan nya. Apalagi Papa nya sudah menghadang Dahyun sambil bersedekap dada.

"Wahh, tuan putri sudah pulang. Apa sudah selesai pacaran nya?"

Dahyun menatap jengah kearah Papa nya. Kepalanya pusing, tidakkah Papa nya itu melihat situasi saat hendak memarahinya? Baju Dahyun saja sudah membuat basah lantai ruang tamu.

"Ne Papa. Kekasih ku yang mengantarku kerumah. Karena tidak ada yang bisa ku andalkan di rumah ini",-jawab Dahyun

"Kau menyindir Papa?"

"Lah, memangnya ada ucapan ku yang terkesan menyindir?"

"Dahyun! Apa kau tidak bosan setiap hari menentang omongan Papa ha?"

Papa nya itu mulai berteriak lagi. Sesuatu yang dibenci oleh Dahyun. Karena dia tetap tidak terbiasa meskipun Papanya itu sering membentaknya.

"Kenapa bertanya padaku? Memang nya Papa tidak bosan setiap hari membentakku?",-kesal Dahyun

Suho meninggalkan Dahyun begitu saja. Membuat Dahyun sedikit lega, setidaknya Papa nya itu tidak mengatakan hal banyak yang membuat sakit hati nya.


Dahyun melangkah dengan lemas. Tangannya berpegangan kuat pada sisi-sisi tangga. Kepala nya pusing saat sampai di depan kamarnya. Dahyun kehilangan keseimbangan dan semua nya menjadi gelap.

.

Nayeon POV

"Dimana aku meletakkan nya?"

Dari tadi aku mencari kesana kemari charger laptopku. Aku masih banyak deadline yang harus ku kerjakan. Dan sialnya laptopku mati karena aku lupa mengisi baterainya.

"Ahh apa tertinggal di mobilku? Aku harus mengambilnya"

Aku keluar kamar dan sungguh terkejut dengan apa yang kulihat. Dahyun sudah tergeletak di depan kamarnya.
Aku pun bergegas menghampiri nya

"Dahyun-ah bangun. Hei kau kenapa?"

Aku semakin panik karena wajah putih Dahyun terlihat pucat sekali. Ditambah badannya yang terasa panas

"Dasar bocah, apa dia hujan-hujanan saat malam begini?"

Aku mengangkat tubuhnya dengan susah payah. Ternyata Dahyun berat juga dengan tubuh sependek itu.

Ku rebahkan dia diranjangnya. Dengan baju yang masih basah kuyup. Membuatku bingung karena tentu ranjangnya menjadi ikut basah.

"Bagaimana ini? Masa aku harus mengganti bajunya?",-batinku

Mengingat bagaimana wajah dingin Dahyun membuatku bergidik ngeri. Namun mau bagaimana lagi? Daripada dia kenapa-napa.

Aku pun mengambil baju Dahyun beserta seperangkat dalamannya.
Ah tidak papa, lagiyan kita sama-sama perempuan. Perkara Dahyun memarahiku nanti itu urusan belakangan.

Wajahku sedikit memerah saat perlahan membuka semua pakaian Dahyun. Astaga! Ini benar-benar memalukan.

Setelah melewati waktu yang panjang bagiku, aku sudah selesai memakaikan baju juga mengganti selimut nya. 

SWEET TALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang