Pagi itu tidak biasanaya Adam berangkat sekolah Sendiri, Amir dan Fadli sudah lebih dulu berangkat.
"Aa(kakak) Adam..!"
Teriak seorang wanita dari jauhAdam menoleh ke belakang.
Dia tau betul sumber suara itu berasal dari makhluk super ceria di keluarganya dan mungkin juga di pesantren.Umi kulsum, dengan senyum Pagi dan semangat pagi terlukis di wajahnya yang cerah.
Dia menghampiri Adam dengan berlari kecil, bibirnya rapat, ia memegangi tali tas punggungnya.
"Ada apa Mi.?"
Tanya Adam ramah"Umi mau ngomong sesuatu ke Adam..!"
Dengan sudut bibir kanan terangkat."Mau ngomong apa"
Senyum kecil mulai terlukis di ujung bibir Adam."Tapi ingat jangan kasih tau orang lain"
"Iya janji"
Denga senyum kecil dari mulutnya."Ini soal Rabi Dam.!"
"Rabi, emanng kenapa Rabi..?"
Tanya Adam penasaran."jadi ceritanya gini.!"
Umi bercerita panjang lebar, Adam hanya menatap Umi tak percaya, Adam begitu kaget mendengarnya, ia mengerutkan keningnya, ia masih tidak habis pikir ada orang senekad itu, Adam tertunduk, ia merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Rabi.
Dia mendengus pelan, matanya memutar.
Ia merasa prihatin dengan Rabi, pikiran Adam di lipitu kebingungan, ada rasa sedih yang melekat di hatinya.
"Kenapa harus Rabi..!"
Ucap bathinnya."Adam..!"
Ucap Umi memecah kebingungan Adam."iya makasih ya mi, udah ngasih tau setelah ini, aku akan ngasih mereka peringatan"
Mulutnya membentuk senyum.°°°°°°°°
Beberapa Hari ini, Kejadan itu selalu terngiang di pikirannya, Dia hanya Diam pandangannya sayu bibirnya terkatup manis, suasana hatinya masih pilu, angin sejuk dari kata-kata sahabat mendinginkan daun telinganya yang sedari tadi memanas.
Setiap orang yang menemuinya terlihat prihatin dan memberikan semangat, mendukung Rabi'ah Al-adawiyah, mereka mensorak-sorayakan kebenaran yang kian membisu di negri cahaya.
Setelah Sholat Isya dan kajian Tafsir Malam itu, Rabi yang masih di lipitu cermin kesedihan pada sorot matanya.
Ketuk pintu yang terbuka memalingkan semua penghuni kamar dari aktifitasnya.
"Assalamualaikum"
Sapa wanita berwajah imut berpipi cubby yang berdiri di depan kamar. Dia adalah Kak Nada salah satu pengurus Pesantren."Waalaikumsalam"
Jawab kompak penghuni kamar."Neng Rabi..!"
Panggil wanita itu pada Rabi dengan begitu ramah dan lembut."KAK..!"
Teriak Rabi, sambil menaruh telunjuknya ke depan bibirnya tanda Diam pada Nada."Oh iya maaf-maaf"
Ucap Nada dengan senyum dan mata menyipit."Sejak kapan Rabi di panggil Neng, bukannya yang suka di panggil neng itu..?"
Ucap salah satu santriah.Cepat-cepat Umi menyanggah perkataan Santriah itu.
"Eh kalian ini! emang gak tau kalau panggilan eneng dalam bahasa sunda itukan di tujukan buat yang masih muda, adik di bawah umur"
Angguk Santriah yang bukan dari tanah Sunda
Di balik semua itu Umi menyembunyikan Privasi sahabatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/207420009-288-k274699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab mimpi pesantren [on going]
Teen Fiction(Proses Revisi tapi ngalem. 😊) Ketika dia pertama kali masuk pesantren, rasa ingin kembali pulang kadang muncul di benaknya, tapi dengan waktu dia mulai bisa memahami impiannya disini. Kisah ini di mulai di dunia cahaya, yah tepatnya dunia cahaya...