16.Maaf Princes

270 61 4
                                    

Hari ini, mengingatkan Adam dengan hari itu, hari dimana Ada geng Rabi dan fans Adam menonton di pinggir lapangan.

Tapi kini Adam tidak mendapati keempat wanita itu di pelupuk matanya.

Mulutnya menyimpul senyum, pikirannya flashback ke hari itu, hari dimana Rabi'ah Al-adawiyah memanggilnya dan tersenyum ke arahnya, dengan cepat wajah Adam berubah, kini ia tersenyum miris ketika Umi mengungkapkan sesuatu tentang Rabi yang membuatnya tercengang.

Ia merasa kasihan, pikirannya di lipitu banyak pertanyaan, Adam merasa bersalah ia seakan biang masalah untuk Rabi.

°°°°°

Adam berlari keluar lapangan, menghampiri sekelompok orang yang sering hadir untuk menontonya.

Orang-orang yang sering di juluki Fans Adam oleh empat princes pesantren.

Adam berjalan dengan gontai, ia begitu dingin, wajahnya datar, sangat datar seperti triplek.

Senyum menyeringai di mulut mereka, kebahagiaan begitu dalam ketika M.r perfect menghampiri mereka.

Sangat kegirangan.
Adam masih dingin, melihat setiap wajah mereka.
Tapi diantara mereka sudah tidak ada lagi Nafisa, wanita yang paling depan, cerewet dan suarannya menggelegar seisi lapangan.

Adam memalingkan mukanya sekejap.
Menatap mereka dengan seksama, mata mereka berbinar-binar, wajah penuh harap terlukis dengan senyum yang lebar.

Adam harus mengatakan sesuatu agar hal ini tidak terulang kembali.

Adam memberi senyun palsu pada mereka.

Sorot mata mereka kian bersinar.

Senyum itu memudar dengan sangat cepat, hingga wajah Adam berubah serius.

"Kalian ngapain..?"
Tanya Adam datar.

"Mau lihat a(kak)Adam"
Ucap salah satu santriah dengan kata yang di rangkai begitu apiknya.

"Emang kejadian Rabi tidak membuat kalian kapok"
Sorot mata Adam begitu tajam.

"............... "

Mereka hanya terdiam wajahnya begitu kosong mereka memikirkan sesuatu.

"kalian harus dewasa, Aku gak suka prilaku kalian yang ke kanak-kanakan seperti ini"
Adam memalingkan mukanya.
ia berbalik meninggalkan mereka.

Harapan mereka seakan sirna begitu saja, ucapan Adam Membuat mereka mematung sesaat, hingga mereka beranjak pergi dari pinggir lapangan dengan wajah murung menaungi langkah mereka.

Adam menatap mereka pergi dari jauh.

PAAAK

Fadli menepuk punggung Adam dari belakang, Adam menoleh ke arah Fadli.

"lo ngomong apa Dam sama mereka.?"
Tanya Fadli.

"Enggak ada Dli, cuman ngusir aja, aku gak suka sikap mereka"

"Sadis lo Dam".
Sudut Bibir Fadli menyeringai miring.
Ia tersenyum miris melihat Fans Adam yang beranjak pergi dari pinggir lapangan.

°°°°
Sore yang berangin membuat ujung jari-jemari Adam kedinginan, semilir angin yang saling bersahutan membuat telinga Adam bising di terpa hembusan angin sore.

Langit juga mulai menggelap tapi ada sedikit waktu hingga Magrib mengambil posisi hari

Sore ini Adam menuju koperasi pesantren, ia juga mendapati Rabi dan Hafidzah pulang dari koperasi, hanya berdua, Adam juga hanya di temani Fadli, karena Amir harus ikut latihan hadroh sore ini.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang