21.Porseni 2: Semangat Menyapa

234 34 0
                                    

Ada sisa embun semalam menempel di jendela,
Atau bergelayut di tiap daun-daun hijau yang merebak khasnya, ada sisa guyuran gerimis tadi malam, ada rasa segar juga melihat hari yang sedikit mendung walau langit abu-abu, tapi semangat mentari masih tersimpan di sanubari.

Hari penentuan, Hari akhir dari perjuangan, sudah banyak pembuktian dari kemarin yg membuat semua orang menatap kagum dan membuatnya menetap karena menang, atau memilih menunduk menelan ludah mengingat harapan yang mulai pudar di pelupuk mata orang-orang yang berjuang.

Semua bersiap menyiapkan hari akhir, hari penentuan segalanya,  entah akan berbuah manis atau berbuah pahit..

Semua seakan berjalan indah sebelumnya tapi kini mereka harus menjalani persaingan secara Exstra.

Banyak dari Pesantren Nurul ilmi yang masuk Final, termasuk Adam dan tim cerdas-cermatnya, juga Hafidzah dan timnya.

Pagi itu.

Adam tak seangaja berpapasan dengan Rabi dan tiga sahabatnya di tengah halaman pesantren yang tedapat panggung  yang juga di selenggarakannya lomba Puisi dan seni-seni islam seperti kaligrafi.

Acara kali ini di gabung antara Rijal dan Nissa.

Adam yang melihat mereka sontak penasaran ingin menanyakan keberadaan mereka di sini.

Belum Adam Menghampiri mereka, Umi telah dulu mendapati Adam dengan spontan menyapa Adam dan kedua sahabatnya.

“Adaaammm.. a.. adam..!”
Teriak Umi dari kejauhan sambil melaimbaikan tangan kanannya.

Adam yang melihat Umi hanya bisa mendengus pelan.

“Umi....Umi....!”
Sambil menggelengkan kepalanya

“Ngapain di panggil Mi..!"
Larang Rabi dengan mata terbelalak dan mencubit lengan  Umi.

“Aduh.!
Umi yang sedikit kesakitan terkena cubitan Rabi.

“Kenapa sih emang gak boleh..!"
Tanya Umi tak berdosa.

“Gak boleh.!!”
Jawab mereka bertiga kompak.

langkah Adam mulai mendekati mereka.

Ketika Adam sampai di hadapan mereka, Umi dengan polosnya melarang Adam.

“Adam gak boleh ke sini”

“Ku naon..?(Kenapa..?)”

“Bukannya Umi yang manggilku...?”
Adam kebingungan mendengar larangan Umi

“Iya soalnya mereka bertiga melarang Umi..!"
Jawab Umi tak berdosa, sambil menunjuk mereka bertiga di samping Umi dengan jempolnya.

Mendengar itu Mata Rabi melebar, sontak ia langsung menutupi mulut Umi dengan telapak tangannya.

Zahra hanya bisa menepuk kening.

Hafidzah membuang muka sambil tertunduk mengurut keningnya yang tak pusing.

Melihat prilaku aneh mereka tertegun Diam.

Umi melepas telapak tangan Rabi yang sedari tadi menutupi mulutnya.

“Kenapa sih kalian ini..!"
Protes Umi dengan halis bertautan dan bibir menyeringai kesal.

Adam bertanya apa maksuya, keberadaan mereka di sini.
“Oh iya.! kalian ngapain di sini..?”

“Umi mau tampil a(kak)..!”
Seru Umi menjawab Adam.

“Umi mau tampil!, emang Umi ikut apa..?"

“Umi ikut Puisi islami a(kak) Adam..!”

“Berarti sama dong sama Fadli..! Jadi Umi juga masuk tahap Akhir ya! Berarti kita punya dua perwakilan yang masuk final"

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang