13.Devinisi Adam

321 83 2
                                    

Dengan seksama mereka memandangi salah satu tokoh utama di cerita ini, ya Adam.
Duduk berempat dengan santainya, diantara mereka, Hafidzah, ia menopang Dagunya dengan tangannya.

Hafidzah bernyanyi pelan di balik Cadarnya, menyanyikan Lagu halu, Feby putri, tidak Ada yang tau ia menyanyi, mencari harapan pada pandangannya, hanya hati yang bicara, hanya melihat dari jauh menyampaikan rindu lewat lagu, dengan harapan ada hati yang terkoneksi di balik rindu.

🎵Senyumanmu yang indah bagaikan candu
Ingin trus ku lihat walau !

Ku berandai kau disini mengobati rindu ruai
Dalam sunyi ku sendiri meratapi
Perasaan yang tak jua di dengar............🎵

Tapi hanya halu yang ia dapat dalam angannya.
Wajahnya terangkat ia tersenyum miris, mengingat penyakit Halusinasi Skizofrenia yang menimpa indonesia di 2013 ada 56 ribu orang pengidap Skizofrenia.

Sedangka Rabi kelopak matanya sedikit turun mendengar teriakan-teriakan para santriah, wajahnya mendung, ia hanya mampu cemberut.

Hatinya sedikit gusar ketika tiap kalimat nama Adam yang di lontarkan dari mulut mereka, Rabi hanya mampu menatap, bathinnya tak mampu berbohong, walau ia selalu memasang wajah bosan atau kesal pada Adam, ia hanya menutupi rasanya, di balik semua itu telinganya seringkali memerah mendengar semua itu, tapi hijabnya selalu menutupi panasnya ucapan-ucapan itu, semua itu membantunya untuk menutupi kebohongan.
Walau kadang wajah putih dengan merah merona yang muncul ke permukaan selalu menguak rasanya, yang selalu ia sembunyikan dengan tipu muslihat kata.

Rabi duduk di paling ujung, di sebelah kanannya Zahra, dan sebelah kanannya lagi, umi dan Hafidzah.

Sorotan mata rabi teralihkan oleh Zahra yang menepuk punggung tangannya.

"Kenapa sih Bi, bengong mulu"

"Enggak"

Pandangannya melihat ke arah depan keramaian aktifitas santri berolahraga tapi pandangannya selalu ia sempatkan melihat Adam.

"Rabi...sadar...Rabi"
Gumamnya Sambil menampar pelan pipinya.

Zahra hanya melihat heran prilaku sahabatnya yang kerap melakukan tindakan Aneh tanpa kata. Kalaupun Zahra bertanya, Rabi hanya menjawab: enggak, atau enggak papa.

"Kalau menurut kalian Adam itu kayak apa sih..?"

Seketika pertanyaan Zahra memalingkan pandangan mereka dari lapangan, melihat sahabatnya dengan menyungging senyun tipis bibirnya melihat Adam di ujung Lapang.

"Kan kita tau orang-orang rela ngelakuin itu"

Matanya di arahkan pada orang-orang di pojok lapangan melihat Adam.

Mereka mulai menjawab sesuai perasaan dan menilai dari sudut pandang persepsi yang berbeda.

"Kalau menurut Umi ya... Adam itu kayak Gula yang di kerumunin banyak semut"

"Iya soalnya banyak banget yang suka"

"Ya jelas Mi, tapi bagus kok"
Zahra mengacungkan 2 jempol pada Umi.

"Kalau menurut Zahra yang gimana...?"
Balik tanya Umi dengan wajah penasaran.

"menurut Zahra dia itu seperti bahar rojaz sebuah Harmoni yang selalu menentramkan jiwa pendengarnya"

Pandangan penuh kagum terlihat dari sorot mata sahabatnya kecuali Rabi'ah Al-adawiyah yang selalu cuek.

"Kalian kenapa..?"
Tanya Zahra penasaran.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang