24.Akhir perjalanan

216 14 0
                                    

Menyambut pagi dengan segelas susu panas di sebuah warung dekat pesantren, sebelum mereka melencing dari pesantren Nurul Falah, hanya 1 acara lagi, yaitu acara penutupan dan pemeberian hadiah untuk pesantren yang memperoleh point juara terbanyak.

Adam menenggak air susu yang mulai menghangat, di temani sarapan roti yang selalu menjadi jamuan paginya atau mungkin pengganti cemilan untuk Adam.

Bersama kedua sahabatnya menikmati pagi yang cerah di temani sang surya yang mulai mengambil posisi hari.

Bapak paruh baya pemilik warung itu membawa 3 buah mie rebus dengan campuran telur, di atas sebuah nampan, lalu ia letakan di atas meja.

“Wah mantap ini!!”
Ucap Amir di sertai datangnya Mie.

“Kayaknya kalian bukan dari pondok sini ya.?
Tanya Bapak itu dengan ramah.

“iya pak, bukan!"
Jawab Adam dengan senyum ramah menyapa.

“Lalu kalian dari pondok mana?”
Tanya lagi bapak pemilik warung.

“Dari pesantren Nurul Ilmi pak”
Jawab Adam.

“Pesantrennya kiyai Zaenal Arifin ya.?”

“Iya pak"
Jawab Adam singkat dengan senyum mengembang.

“Oh kalau itu saya tau”

“Yaudah nikmati makan paginya”
Ia memepersilahkan  meninggalkan Adam dan kedua sahabatnya.

Adam hanya menatap bapak yang begitu ramah itu beranjak pergi dari meja mereka.

Mie panas dengan uap mengepul ke atas, Adam menikmati Mie itu dengan kerupuk, Amir mencampur mie nya dengan Kripik tambah tangan yang menggenggam kerupuk, Fadli mencampur mie dengan sambal di depannya.

“Emang ya, kenikmatan itu tidak bisa di ukur dari nominalnya”
Ucap Fadli ke arah sahabatnya.

Untuk seorang anak bergelar keluarga elit, memang hal yang aneh jika harus sarapan pagi dengan semangkuk mie rebus tambah telur, sangat berbeda dengan hidangan pagi kaum menengah atas, roti tawar dengan rasa selai beragam atau nasi goreng dengan telur mata sapi menyambut paginya dan cuci mulut dengan buah-buahan segar, tapi kehidupan pesantren memberikan kenikmatan dan warna tersendiri untuk Fadli.

“Benar banget tuh Dli"
Adam setuju dengan ucapan Fadli.

“Kalau makan jangan bicara, kalian kayak gak tau hadish aja”
Terang Amir dengan bijak.

“Tumben lo bijak”
Balas Fadli pada Amir, dengan senyum meledek.

“iyalah”
Balas lagi Amir.

Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat mereka berdua.

Tiba-tiba saja Fatan dan Harun datang.

“Hei.. Gak ngajak2 kalian ya!"
Fatan sambil duduk di samping Adam yang diikuti Harun. 

“Jangan ganggu, mereka lagi makan!”
Terang Harun

Adam hanya tersenyum membalas mereka berdua.

“Antum mesan dong Run, tapi samain ya"
Suruh Fatan

“Assiap boskuh"
Ucap Harun menyanggupi sambil meninggalkan meja menuju bapak Pemilik warung.

°°°

Denting lonceng itu terhempas angin, memikat para santri untuk menuju asal suara, ini adalah akhir dari perjalanan mereka di pesantren Nurul Falah.

Semua berangsur-angsur datang menuju halaman pesantren dan menempati barisan.

setelah semua santri kumpul, ketua penyelenggara maju ke depan, salah seorang kiyai pesantren Nurul Falah, ia mengucap rasa syukur dan penghormatan atas kehadiran mereka di acara ini.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang