33.Bertemu dan berpisah karena Allah

204 18 10
                                    

Adam berjalan santai menuju pulang setelah usai menunaikan sholat Ashar. 

"Adam...!"
Teriak seseorang di belakang Adam menoleh ke belakang mendapati lelaki itu berlari ke arahnya, Adam memperlambat langkahnya agar mereka bisa berjalan seiras.

"Hasan!"
Ucap Adam ke arahnya.

"Antum tau gak Dam?, ini gawat banget pokoknya!" Hasan membuat Adam kebingungan, kepala Hasan menggeleng tak tau apa maksudnya. Wajahnya menampilkan resah, pernyataannya masih membuat tanda tanya di benak Adam.

"Kalau gak di kasih tau Aku gak bakalan tau, yaudah bilang aja kamu mau ngomong apa, gajelas!"

"Pokoknya gawat Dam!"

"Iya gawat apa?"

"Si Farel Dam, si Farel?"

"Iya si Farel kenapa?"
Adam memberhentikan langkahnya. Ia menatap malas pada Hasan. 

"Si Farel kemarin di gebukin warga!"

"Seriusan kamu San?" Adam terbelalak kaget mendengarnya.

"Serius Dam!"
Sorot mata Hasan begitu tajam dan serius menatap Adam.

"Emang kenapa dia bisa di gebukin warga?"

"Pasang telinga baik-baik, kamu siapa-siap dengarnya."
Perintah Hasan pada Adam.

Hasan selalu membuat Adam penasaran dalam setiap pernyataanya, entah kenapa mirip sekali dengan Amir, tapi Amir selalu berujung kocak.

"Dia hamilin anak orang Dam, anak kampung sebelah."

Perkataan Hasan membuat Adam tersentak kaget bukan main, dia terdiam sejenak matanya tidak berkedip beberapa saat dan bibirnya kalut beberapa detik.

"Kamu gak bohongkan San?"

"Beneran Aku serius!"

"Subhanaallah." Ucap Adam pelan seraya menepuk dadanya.

Subhanaallah itu di gunakan ketika kita mendengar dan melihat maksiat, nah kalau masahaallah itu di gunakan ketika melihat keindahan atau mendengar kebaikan, sering kali kita salah menggunakan Subahanallah untuk melihat dan mendengar kebaikan maupun keindahan.

"Sekarang gimana dengan Farel San?" Tanya Adam penasaran.

"Dengernya sih di nikahin langsung," Adam mengusap wajahnya dia termenung tertunduk sesaat.

Inilah yang terjadi ketika Aturan Allah bukan menjadi landasan hidup, mengatasnamakan cinta di atas segalanya tapi faktanya semua itu hanya nafsu belaka, kebohongan yang menjerat diri, semua berakhir penyesalan dan hanya menyisa dusta, tapi ketika semua merajut cinta dengan atas nama Allah lewat janji sucinya di kala itu semua di persatukan. Cinta tak pernah salah ia tercipta dengan indah jika diri ini tau kapan cinta itu hadir karena Allah atau malah Nafsu.

jika cinta mencari kepuasaan akan berakhir kenistaan, jika cinta mencari kebahagiaan akan berakhir ikatan pernikahan.

"Yaudah kita ambil ibroh aja San." Adam menyungging senyum dan menepuk-nepuk pundak Hasan.

"Yuk jalan lagi," ajak Adam pada Hasan.

Tiba-tiba ada yang berjalan cepat  ke arah Adam dan Hasan dari depan, seorang lelaki berambut cepak hampir botak, dia mengenakan baju koko dengan bawahan celana levis.

"Asalamualaikum."
Salamnya dengan ramah.

"Walaikumsalam."
Jawab mereka berdua kompak.

Adam dan Hasan menatap wajahnya, wajahnya serasa tak asing, mereka mengingat-ngingat orang di depan mereka yang tersenyum.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang