Denting lonceng pesantren berbunyi menggema di bawa angin menuju manusia, langkah mereka berhenti menyimak dentingan lonceng itu, dengan seksama kaki mereka beranjak ke asal suara yang kian menghilang di telan waktu.
Manusia di kota santri yang mulai berjejer bersamaan, ada tujuan dari langkah kaki dengan busana yang seragam, mereka mengemban tugas dan tujuan sama untuk mencapai puncak.
Setelah rehat perjalanan, hari yang yang mulai di telan malam, serbu hawa adem yang mengoles kulit, Sore ini mereka berkumpul untuk mempersiapkan lomba, semua peserta antar pesantren berkumpul di lapangan.
Hanya sekedar mengucap salam atau mengikat silaturahmi dan sambutan tuan rumah penyelenggara oleh seorang pimpinan umum Pesantren.
°°°
Mereka di beri satu kamar luas yang bisa menampung satu tim pesantren, lantai yang berdebu, jelas masih ada sisa-sisa penghuni kamar yang harus rela pindah sementara waktu, beberapa hari kedepan mereka harus tinggal di pesantren Nurul Falah yang bisa di sebut pesantren berarsitektur modern dan megah, yang juga selalu menjadi saingan atau Fastabiqul hoirot pesantren Nurul Ilmi.
Adzan magrib berkumandang
Ketika sholat magrib jamaah masjid membludak sampai ke teras masjid, karena hadirnya para santri dari luar pesantren Nurul Falah
°°°°
Perlombaan akan di mulai setelah magrib, panggung megah bak sebuah teater opera di gelar di aula besar.
Adam hanya kagum melihat panggung yang megah, para santri mulai berkumpul mengisi bangku kosong, ada beberapa perlomabaan yang aka di mulai untuk malam ini.
Banyak perlombaan pada malam itu, semua di bagi dalam beberapa ruangan untuk tahap seleksi, Ada cerdas cermat yg juga diikuti Adam.
Malam ini Adam mengikuti seleksi, ia di beri tes tulis berkelompok antar pesantren, di sebuah kelas dengan berisi beberapa peserta perwakilan pesantrennya masing-masing.
Adam, Fatan, dan Harun sebagai perwakilan pesantren Nurul ilmi, mereka di beri tes tulis yang berjumlah 40 soal terdiri dari soal Fiqih, Nahwu, Tauhid, Hadish, Akhlak dan soal Umum.
Mereka di beri waktu 1 jam 30 menit, bekerja sama menjawab semua soal dengan benar.
Adam begitu fokus dan melihat semua secara detail setiap soal yang tertera.
Sedangkan Fatan masih terlihat santai dan meminta beberapa pendapat ke arah Adam dan Harun dengan jawaban yang ia tulis.
Sedangka Harun mengurut-ngurut keningnya, tapi ia selalu memecahkan jawaban secara spontan setelah berpikir panjang.
Mereka terbilang tim yang kompak, mereka menyelesaikan soal kurang dari satu jam, di angka 35 menit mereka selesai menjawab semuanya.
Beberapa Panitia pemeriksa sedikit terheran dengan kecepatan mereka menyelesaikan soal, ketika yang lain masih fokus menjawab, mereka terlebih dulu selesai cepat dan tepat.
Panitia itu melihat dengan seksama jawaban mereka, mulutnya membentuk senyum ke arah mereka.
"Udah kan kang..! Gak ada lagi.?"
Tanya Fatan pada panitia pemeriksa."Kalian nugguin hasilnya aja, mungkin besok di umumin"
Adam juga berpikir bagaimana Hafidzah menyelesaikan soalnya mudah ataukah sulit, karena Hafidzah juga mengikuti perlombaan serupa dengan Adam.
Hafidzah di perlombaan yang sama di tempat yang berbeda dengan Adam.
Ia dan timnya dengan mudah menyelesaikan soal-soal dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab mimpi pesantren [on going]
Teen Fiction(Proses Revisi tapi ngalem. 😊) Ketika dia pertama kali masuk pesantren, rasa ingin kembali pulang kadang muncul di benaknya, tapi dengan waktu dia mulai bisa memahami impiannya disini. Kisah ini di mulai di dunia cahaya, yah tepatnya dunia cahaya...