25.Menuju pulang.

212 16 1
                                    

Tak terasa sudah di pengujung tahun, semua serasa begitu cepat bak buroq dengan kecepatan cahaya melesat ke sidrotul muntaha, atau hati gundah karena waktu yang begitu cepat adalah ciri akhir jaman, tak terasa memang melayari akhir tahun dengan banyak dongeng yang tertera di sebuah kitab  mimpi pesantren, yang mulai terisi dan tercoret karen harapan itu seakan nyata karena kuasanya, persahabatan di derai haru atau di lundung pilu tiap waktu mengokohkan mereka di penjara suci.

Hari ini semua mulai merindu, menatap esok yang entah masih bernafas atau meringkuk tak berdaya, hanya bahtera impian dan harapan yang mampu melalui samudra dan pusaran kehidupan.

Hari begitu cepat sudah  semester akhir tahun ajaran pertama Adam berada di pesantren, ada seberkas haru dan kebahagiaan setelah semalam, haru karena meninggalkan bumi penuntut ilmu bersama kisah mewarnai hari mereka dan para hamba Allah yang menapaki Risalah Rosululloh SAW, dan jajaran para Guru yang dengan sabar dan tabah menyampaikan bait demi bait kata demi kata ilmu.

°°°

Menyambut pagi buta dengan siraman Wudhu adalah rutinitas hari yang berbuah rohani, tetes demi tetes terjun dari wajah yang mulai pias karena dinginnya air pegunungan, tetes air yang tersisa di wajah tak pernah ia usap selesai wudhu, sengaja ia bawa sisa tetes wudhu terakhir di wajah sebagai bekal penghilang dosa yang menetes membasahi sejadah.
semua karena alasan, landasan dan amalan Rosulloh SAW.

Rasulullah Saw bersabda, “Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, kemudian membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya tersebut semua dosa yang dilakukan pandangan matanya bersamaan dengan tetesan air terakhir, jika ia membasuh tangannya maka keluarlah dari tangannya semua dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan tetesan air terakhir, jika ia membasuh kedua kakinya maka keluar semua dosa yang berasal dari langkah kakinya, hingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.(HR. Muslim)

Di sepertiga malam merapal do'a pada sang illahi, adalah hal yang selalu ia lakukan sebagai hamba yang lemah tak kuasa apa-apa, sinyal yang tak terhalang mengoneksi lebih dekat ketika para hamba lain meringkuk menjelajah alam mimpi, berselimut kehangatan.

Menunggu Adzan subuh berkumandang melantun kata yang sudah biasa, tapi bermakna luar biasa, memerintahkan beranjak dari kehangatan menyambut dinginnya subuh.
Bersama Amir dan Fadli kedua sahabtnya kini lebih terbiasa, tak harus ada sarung yang menyasar bokongnya, atau geprakan lemari membisingkan telinga.

Mereka dengan sigap mengisi Shaff  Istiqomah yang selalu berada di dekat Adam.

Suasana tak biasa menyambut pagi ini, karena semua bergegas pulang ke tanah kelahirannya masing-masing, libur akhir semester di sambut meriah oleh mereka, surganya para santri bisa kembali pulang bisa bersama keluarga.

Dan melakukan hal yang tak bisa di lakukan di pesantren, menonton televisi, bermain HP, liburan, atau hal bermanfaat seperti mengisi pengajian jadi imam masjid di daerahnya masing-masing.

Masih ada kenangan semalam dalam memori Adam, bahagia semalam memberikan arti perjuangannya membuahkan hasil, Adam mendapat peringkat pertama di kelasnya, bukan hanya itu penghargaan anak berprestasi dan rajin juga di sematkan pada Adam.

Adam memasukan sebuah piala dan beberapa piagam ke dalam tasnya ada hal yang baik bisa membuat sudut bibir ibunya mengembang, ia juga mengemas bajunya lalu ia masukan ke dalam tasnya, tak lupa ada foto persahabatan mereka yang Adam masukan ke dalam tasnya, ia masih ingat mengambil gambar itu ketika Maulid Nabi mereka berfoto bersama yang akhirnya sengaja mereka cetak di koperasi pesantren. 

Amir dan Fadli menghampiri Adam yang masih sibuk merapikan bajunya.

Brukkkk.

Amir langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur Adam, sambil mengambil bantal guling di sampingnya dan memeluknya, Fadli duduk di samping Adam dengan menyandar pada lemari belakangnya.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang