Bumi pertiwi yang kini diliputi gelap hari, bersenandung Al-quran di rumah Allah yang menggema ke penjuru bumi para penuntut ilmu, beriringan setiap lapad kata Al-quran berbunyi di setiap lisan, kata apik tajwid memberi konsonan indah yang mengalun di bawa angin oleh seorang muadzin lewat mikrofon di depannya.
Sebuah kata "maha benar Allah dengan segala firmannya" mengakhiri usainya bacaan mujijat Allah yang abadi hingga akhir jaman, di tangan para perindu Rosululloh di tetes air mata, setiap kata dari indahnya sebuah wahyu yang mengalir di hati setiap hamba, menggenggam bukti keras peluh Rosululloh mengemban tugas menyampaikan risalahnya.
Ia memegang erat Mushaf itu di dadanya, berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya.
Semua mulai beranjak pergi dari rumah Allah, ada anak-anak kecil berlari di depannya, ada yang memilih berjalan cepat, ada yang selayaknya berjalan bersama.
Selesai menunaikan sholat Isa berjamaah.
Adam pergi ke kamar sementara di pesantren Nurul Falah, ini adalah malam terakhirnya, dari pagi ia belajar dan berlatih hingga Ashar bersama Fatan dan Harun, hingga ia merelakan tidak menyaksikan akhir dari hasil perjuangan sahabatnya, Fadli atau sepupunya Umi.
Tapi setelah Adam selesai belajar untuk perisapan malam ini, Fadlli tersenyum dan berseri-seri melukiskan kebahagiaan yang baru ia lalui.
Dia begitu bahagia dan bercerita panjang lebar sesudah sholat Ashar, ia mendapatkan juara ke tiga, ia mendapat medali perunggu, walaupun ia tidak mendapat peringkat 1 tapi ia tetap bahagia, alasannya karena peringkat 1 juga di peroleh oleh pondoknya sendiri, juara satu di menangkan Umi Kulsum, ia mangantongi 1 medali emas untuk pesantrennya, yang sebelumnya Amir.
ini adalah malam terakhir mereka, hari ini jugalah Adam akan bersiap menghadapi Final cerdas cermat.
Sebegitu banyaknya peserta Cerdas cermat yang bersaing hanya menyisakan 2 tim putra dan 2 tim putri, yang awalnya perlombaan di pisah, tapi ketika Final mereka saling bersaing.
Fahmil Quran atau cerdas cermat adalah acara akhir yang paling di nanti, menegangkan, karena saling bersaing seberapa besarnya IQ antar pesantren, integritas dan intelektualnya, adalah lambang keberhasilan pesantren mendidik para santri yang bukan hanya bermartabat Akhlakul karimah, tapi seberapa besar juga pemahaman agamanya dan beberapa pertanyaan untuk mengatasi problema dan perdebatan di kalangan umat.
Malam ini Adam begitu gesit merapilan baju kebesaran pesantrennya, yang sengaja di Couple untuk menandakan identitas pesantren yang bersaing di atas panggung, dengan di gelar karpet merah tengah panggung dan latar belakang baliho bertuliskan sama seperti panggung di tengah halaman pesantren
Ada dua acara di gelar malam ini, yaitu cerdas cermat dan pidato, Adam dan Rabi malam ini tampil bersamaan.
Adam tampil di Aula bersamaan dengan Hafidzah sedangkan Rabi tampil di tengah halaman, tempat di mana Umi dan Fadli tampil.
Untuk kali ini Adam ingin sekali melihat bagaimana Rabi tampil berpidato, wanita cerewet suka ngambekan itu selalu terngiang di pikiran Adam.
"Hei, ngelamunin apa.?"
Tanya kak Fatan menyadarkan lamunan Adam.Adam yang tersadar menoleh kepada lelaki yang berdiri di sampingnya.
"Enggak kok kak.!"
Adam menyambutnya dengan senyum kecil."Yaudah siap-siap, bentar lagi kita maju ke panggung"
"Iya Kak"
Adam mengangguk.Adam mengedar mata ke seisi Aula yang di penuhi santri yang bergemuruh, para penonton membludak sampai keluar, begitupun di halaman tengah yang ramai, apalagi acara ini di buka oleh Umum di mana para warga juga ikut menonton dan menyaksikan di halaman pesantren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab mimpi pesantren [on going]
Teen Fiction(Proses Revisi tapi ngalem. 😊) Ketika dia pertama kali masuk pesantren, rasa ingin kembali pulang kadang muncul di benaknya, tapi dengan waktu dia mulai bisa memahami impiannya disini. Kisah ini di mulai di dunia cahaya, yah tepatnya dunia cahaya...