30.Kenagan Aqila

211 18 4
                                    

Hasan mendengar semua penjelasan Adam hingga Pupil matanya membesar tak percaya. 

“Jadi gimana Dam setelah Antum berkelahi?"

“Ya waktu itu di bawa ke ruang BK dan hampir kena D.O satu minggu, tapi karena bujukan Aqila hukuman itu tidak jadi di berikan dengan alasan sebentar lagi akan ada perlombaan yang akan Aku ikuti, dia juga menuturkan kalau Aku tidak bersalah sepenuhnya, dan yang memulai perkelahian si Farel” jelas Adam menerangkan.

“Sepulangnya dari sekolah, Aku abis-abisan di marahin Mama,  tapi untung saja ada Aqila yang menjelaskan kronologi kejadian yang menimpaku” terang Adam dengan mata berbinar-binar.
Lagi-lagi Aqila menjadi malaikat penolongnya, selalu menyemangati dan menenangkan hatinya yang gundah. 

“Kamu taukan kenapa sekarang selama seminggu lebih Farel gak sekolah?” lanjut Adam bertanya.

“Iya gara-gara Antumkan mengahajar dia"
Hasan tersenyum miris medengar itu dari Adam, di masih tidak habis pikir apa yang di lakukan Adam waktu itu sampai Farel babak belur hingga tidak sekolah selama seminggu lebih, ketika hilangnya Farel, sekolah dan anak-anak merasa damai waktu itu, sekolah tentram tanpa racun orang yang suka semena-mena.

“Antum itu bagai pahlawan Dam, coba aja kalau satu sekolah tau siapa yang hajar si Farel pasti semua berterimakasih sama Antum, dan lagi semua orang pasti merasa punya pelindung, apalagi Antum anak berprestasi dan di cap rajin di sekolah Dam, walaupun akhirnya Antum memberikan cela karena berhasil menghajar si Farel sombong itu"
Hasan terkekeh, ia menerangkan dengan penuh semangat membacakan satu-satu hal baik yang akan Adam peroleh jika semua orang tau.

“Pantas aja si Farel kelihatan gelagapan di depan kamu Dam”

“Tapi hebat kamu bisa hajar si Farel” ucap Hasan memuji.

“Makannya kalau belajar silat ke Ustadz Ali yang serius dan jangan sering bolos"

Hasan hanya bisa menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal.

Inilah alasan utama kenapa Adam begitu reflek dan tangkas dalam aksinya menahan dan menangkis serangan. 

“Iya iya, tadi juga cepat banget tangan Antum ngunci tanganku, hebat"
Hasan memuji, memang ketika tsanawiyah Hasan sedikit malas belajar pencak silat, apalagi Ustadz Ali mengajar silatnya di malam hari.

“Kamu tau Aku juga dapa nasihat dari ustad Ali gara-gara ulahku, hingga ustad Ali menggelengkan kepalanya mendengar penjelasanku, apalagi tau bertengkar karena perempuan"
Adam tersenyum miris mengingat ulahnya di masa lalu.

Mendengar itu Hasan hanya bisa menyungging senyum. 

“Emang kamu yakin ngalahin dia, apalagi tadi mereka berempat, kalau sampai sembrono bahaya?”
Tanya Adam mengalihkan topik pembicaraan.

Pandangan Hasan menunduk berpikir sembari menerawang jalanan yang agak tergenang air.

“tetap aja berkelahi itu bukan solusi terbaik, jangan sampai nafsu menguasai diri, Aku sendiri kehilangan kontrol di buatnya" terang Adam dengan pandangan matanya agak tenggelam.

“‎ingat San kata Rosululloh SAW: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” ‎‎(Bukhari no. 6018, Muslim no.47)”

“Dan antum juga harus tau kata imam Ghazali, "Karena orang-orang dungulah terjadi banyak kontroversi di antara manusia. Seandainya orang-orang yang bodoh berhenti bicara, niscaya berkuranglah pertentangan di antara sesama." (Imam al-Ghazali dalam kitab "Faishilut Tafriqah bainal Islâm wal Zindiqah)”

“Iya makannya Aku tadi memilih diam, dari pada meladeni dia"

“Iya benar Dam, ana tadi benar-benar emosi”
Hasan bernafas dalam, dan menggelengkan kepalanya memikirkan kejadian barusan.

Kitab mimpi pesantren [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang