"Jangan pergi, aku mohon... "
***
Semuanya terdiam mendengar perunturan sang dokter. Kenapa semuanya sangat membingungkan? Kenapa seakan teka teki ini begitu sulit?
"Ka-ka do-dok?"racau Rahel gemetar.
Sang dokter mengangguk, sedangkan kedua orang tua Mazra masih diam mematung.
"Dan dari hasil tes, menandakan positif. Kalian mempunyai hubungan darah yang kuat"
Duarrr
Bagai disambar petir disiang bolong, ini benar benar membuat ketiganya diam membisu. Sampai suara seseorang meyadarkannya.
"Mah, pah..."
Devan dan Mika menghampiri Mazra, mengusap keningnya lembut. Membuat Rahel terdiam akan hal itu.
Rahel berjalan cepat ke bankar Mazra, memeluk tubuh gadis itu erat.
"Bangun Maz, jangan tinggalin gue. Gue sayang sama lo...."
Tangan Mazra terangkat untuk mengusap kepala Rahel yang bersandar didadanya.
"A-aku juga sa-yang kamu ka"
Kak? Apa maksud Mazra?
Mazra mengusap cairan bening yang ada dipipi Rahel lemah, ditatapnya Rahel sangat lama.
"Rahel, apa kamu tau aku sangat ingin mempunyai kaka perempuan? Aku sangat ingin karena adanya kaka perempuan buat aku makin semangat menjalani kisah kehidupan ini Hel. A-aku bahkan pernah putus asa karena gaada satu orang pun yang mau menemani aku selain kamu "
Rahel masih terdiam mendengar ucapan Mazra selanjutnya.
Sedangkan Mazra sedang mati matian untuk menahan air mata. Agar air mata itu tidak terjun bebas.
Ia harus kuat, mungkin ini yang terbaik.
"Kamu kaka aku..... "
Rahel mematung membeku ditempat, matanya masih menatap mata Mazra penuh tanda tanya.
Sedangkan Mika sudah terlebih dahulu terkejut bukan main dengan ucapan Mazra.
Mazra beralih menatap mamah nya.
"Mah, Rahel ini kaka aku. Rahel ini Malva mah...."
"Kamu jangan gila Mazra! Kamu harus ikhlaskan kaka kamu, dia sudah meninggal Mazra!!! Dia itu Rahel bukan Malva!!"bentak Mika lalu beralih memeluk Devan, suaminya.
"Papah paham kamu sedang rindu dengan kaka mu, tapi kamu harus ikhlas kalau dia telah tiada. Dan yang ada dihadapan kamu ini Rahel, bukan Malva "ujar Devan berusaha setenang mungkin.
Rahel hanya diam merhatikan interaksi mereka. Semuanya benar benar sulit baginya.
"Pah! Dia ini Malva! Dia bukan Rahel pah!"bentak Mazra.
"Apa maksud lo Maz? "tanya Rahel yang sedari tadi hanya diam.
"Apa kamu ingat dulu aku pernah cerita tentang kaka ku yang bernama Malva? Kaka ku yang sudah meninggal? Kenapa aku mengira kamu kaka ku? Aku melihat foto kamu sama aku waktu kecil di dompet kamu Mazra... aku juga menemukan kalung liontin yang kamu punya. Kita mempunyai kalung yang sama Hel, dan kamu juga mempunyai kedua lesung pipit. Mengingatkan ku akan Malva dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Up
RomanceGimana rasanya kalo punya pacar yang sering ngulang kesalahannya itu? Padahal dia bilang "aku ga akan mengulanginya lagi" Haha bahkan kata itu sudah basi guys. Dan pasti ada kalimat *kesempatan kedua. Hadehh udah dikasih kesempatan, eh ngulang kesal...