BAB 37~Darah?

85 9 3
                                        

"Aku akan selalu menunggumu,menyayangimu meski dalam diriku banyak terdapat sebuah penyesalan terhadap dirimu... "

***

Seorang gadis tertidur lemas diatas bangkar rumah sakit. Ruangan bernuasa putih itu seakan menjadi saksi perjuangan seorang gadis yang tengah berjuang melawan maut.

Alat alat pernasafasan membantu gadis itu untuk bertahan hidup, bunyi alat pendetak jantung seakan tau apa yang dialami gadis itu.

Dia Rahel....

Gadis cantik berhati malaikat, gadis cantik dengan segala prestasinya.

Dengan sejuta kesedihan dan rahasia, gadis itu mampu menutupi nya secara rapat agar tak ingin orang lain tau yang ia rasakan.

Hidupnya semakin hancur sehancur hancurnya, mulai dari keluarga, sahabat, bahkan sampai pacar.

Apa tuhan memang tak ingin melihat Rahel bahagia?

Kedua mata gadis itu terbuka secara perlahan hingga cahaya menembus matanya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang menyinari.

Kepalanya menengok kearah samping kanan yang terdapat gorden. Dengan perlahan ia menarik gorden tersebut untuk memastikan bahwa ada orang atau tidak.

Deg!

Jantungnya berpacu dengan cepat saat mengetahui orang yang ada disana. Dia Mazra?!

Alat oksigen berupa tabung dengan alat alat lainnya yang dipasang di tubuh gadis mungil itu membuat Rahel iba. Karena dirinya Mazra harus seperti itu.

Rahel mendudukan bokong nya dan tangannya meraih nakas disamping bankar untuk menopang tubuhnya bangun.

Prangg

Sialnya gelas itu tersenggol oleh tangan miliknya menyebabkan suara yang cukup nyaring.

Tepat setelah itu tubuh Mazra kejang kejang dengan sendirinya membuat Rahel panik setengah mati.

"To-long"cicit Rahel berusaha ada orang yang mendengarnya.

Pintu terbuka mendadakan ada orang masuk, dan dia adalah Rafen dengan dokter ahli.

Rafen menghampiri Rahel sedangkan sang dokter menghampiri Mazra.

"Lo gapapa?!"

"Lo ngapain? "suara Rahel terdengar bergetar menandakan dirinya tengah dilanda ketakutan.

"Gue udah mati, pergi lo!! Ini cuma arwah guee "teriak Rahel histeris.

Rafen mendekap tubuh Rahel yang sedang duduk diatas lantai itu.

"Lo jangan ngomong gitu, gue ga suka"

"Lepasin gue! Gue anak pembawa sial, lepaass! "

Rahel terus mendorong tubuh Rafen, tapi tenaganya sama sekali tak sebanding dengan kekuatan pria.

"Rafen, keadaan Mazra semakin buruk. Dia harus mendapat donor darah sekarang juga sebelum semuanya terlambat "ujar dokter panik setelah memeriksa Mazra.

Rafen berjalan kearah Mazra, memeluk gadis itu erat.

"Maz, jangan tinggalin aku..."

Hati Rahel seakan teriris, sangat sesak rasanya. Tapi bagaimana pun ia tak boleh egois, ini demi kesembuhan Mazra.

Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang