Part 19

356K 9.5K 363
                                    

~~~Happy Reading!!~~~


Aurell POV

Sudah seminggu semenjak kejadian itu aku murung dan cenderung pendiam. Senyum di wajahku juga sudah sangat jarang.  Itupun saat bersama tante Diana saja. Dia yang selalu menghiburku dan menguatkanku, menggantikan sosok mama. Aku sudah menganggpnya seperti mamaku sendiri. Dia sangat penyayang dan perhatian padaku.

Tanganku yang terluka juga sudah lebih baik, jadi aku memutuskan untuk kembali bekerja. Melihat tanganku yang terluka membuatku teringat kejadian itu lagi.

Clara benar-benar membuktikan ucapannya. Dia memutuskan kontak denganku,  mulai dari memblokir nomor ponsel dan semua akunku di medsos. Sepertinya dia sudah sangat membenciku.  Bahkan aku ke apartmentnya pun tak dibolehkan masuk. Menghampiri ke kantornya, dia menghindar. Hingga terakhir hari ini.  Aku mengirimkan bunga dan surat untuknya. Surat tentang semua yang terjadi dan segala maaf karena tidak bercerita masalah itu padanya. Aku sangat berharap dia mau memaafkanku. Sangat.. Aku merindukan gurauannya. Rindu hangout dengannya.  Rindu segala tingkah manjanya padaku.

Air matakupun keluar. Namun tak heran lagi karena selalu seperti ini jika mengingat sahabatku itu.

"Aurell..ke ruangan saya sekarang juga" aku sukses terperanjat saat mendengar suara bariton itu. Ku hapus segera air mataku lalu menatap kesal wajah pak James yang tiba-tiba masuk tanpa permisi.

"ada apa pak? "tanyaku namun aku seketik menganga saat pak James malah melengos pergi tanpa menjawab ucapanku.

Dengan kesal aku beranjak dari kursi mengikutinya.

Saat sudah di ruangan, pak James langsung duduk di kursinya. Sedangkan aku berdiri menunggu perintahnya.

"duduk" perintahnya dan aku berjalan menarik kursi di depanku.

"siapa yang menyuruhmu duduk di situ,  duduk di sofa" perintahnya  membuatku terhenti dan menatap wajah menyebalkannya yang tak sedikitpun melihatku, dia sedang fokus ke laptopnya.

Tanganku terkepal kuat di kursi yang sedang ku pegang.

Jika dia bukan bosku mungkin kursi ini akan langsung melayang kewajahnya.

"ngomong yang jelas kek, ini cuma bilang duduk doang mana aku tahu dia nyuruh duduk di sofa"

Aku berjalan dengan kesal menuju sofa seperti yang diperintahkannya. Ku hempaskan dengan kasar bokongku diatas sofa empuk itu lalu melirik bos egoisku itu dengan tatapan mematikanku.

Aku mulai bosan menunggunya yang tak kunjung bicara.

"pak! Kenapa anda memanggil saya kesini? Jangan bilang saya harus duduk diam menyaksikan anda bekerja" ujarku dengan berani.  Pak James langsung berhenti fokus pada laptopnya.  Dia melirikku  dengan tatapan tajam yang seakan membunuhku. 

"diam saja disitu sampai jam makan siang. Disini dan di ruanganmu sama saja. Tidak ada yang kau kerjakan"

" Atau kau mau aku memindahkan ruanganmu ke sini agar kita satu ruangan? "lanjutnya membuatku menganga lebar.

"ishh menyebalkan"gerutuku.

Setelah mengatakan itu pak James langsung kembali fokus ke laptopnya.

Ting

Pesan masuk mengalihkan pandanganku dari pak James.

Tertera nama Tristan disana. Aku langsung membukanya.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang