#15. Khawatir

132K 7.6K 282
                                    

"Lo bego kalo lo percaya sama orang orang yang bilang kalo gua udah gak peduli lagi sama lo!"
-Vella-


-🕊-

Vella berlari kencang saat dirinya baru saja turun dari taxi menuju rumah Arjuna.

Ia tadi pagi sengaja tak membawa motor sport kesayangannya ataupun mobil sport purple miliknya. Entah kenapa ia merasa sedang malas mengendarai hari ini.

Vella disambut oleh satpam keluarga Majahessa yang tentunya sudah kenal dengan dirinya karena Arjuna pernah membawanya kesini.

Tingg....nongg....

Vella menekan bel yang berada di samping pintu mewah bercat putih itu. Sesekali mengigit bibir bawahnya berharap apa yang di ucapkan Septian salah.

"Juna jadi gila kejiwaannya,dia hampir di bawa ke rsj"

Begitulah kata Septian.

Cklek.

Vella mendongak menatap seorang wanita paruh baya dengan daster rumahan sedang tersenyum hangat kepadanya dan tentu saja di balas senyum manis milik Vella.

"Mau ketemu den Arjuna non?" Tanya bi Lastri,pembantu di rumah ini. Vella mengangguk ragu sambil menatap dalam rumah yang nampak kosong.

"Mari non saya antar"

"Em--bi"panggil Vella. Bi Lastri yang merasa namanya di sebut lantas berbalik menatap tunangan dari anak majikannya.

"Panggil Vella aja bi,gak perlu pake non" ringis Vella. Jujur ia merasa risih dengan panggilan itu.

Ya walaupun ia juga termasuk dari keluarga terpandang namun semua pembantu yang ada di rumahnya selalu ia larang untuk memanggil dirinya dengan sebutan 'Nona'

"Duh non, nanti bibi di omelin den Juna" ucap Bi Lastri takut takut. Vella tersenyum menatap Bi Lastri.

"Nanti biar Vella yang ngomong sama Juna kalo bibi di omelin" ujar Vella lembut. Bi Lastri mengangguk senang.

"Wahh...den Juna beruntung banget bisa tunangan sama cewek cantik baik juga kaya non--eh Vella maksud bibi" Vella hanya tertawa pelan mendengar ucapan antusias dari pembantu keluarga Majahessa ini.

"Bi ada siapa---loh Vella?kamu di sini nak?"tanya Merlin,mama Arjuna.

Vella menyalimi Merlin seraya menyengir polos. "Hehe iya"

"Pasti mau nengokin Arjuna?"

-🕊-

Vella meringis saat mendengar teriakan kesakitan dari dalam ruang teraphy yang ada di rumah ini.

Setelah Merlin mengantarkan dirinya kesini namun ia bergegas turun ke dapur karena sedang membuat pancake akhirnya Vella memutuskan untuk menemui Arjuna seorang diri.

"ARGHHHH SAKITTTT OMEYGAT!!!!"

Ceklek.

Vella menyembulkan kepalanya dan matanya melotot kaget saat di hadapannya saat ini---

Arjuna dengan tidak memakai kaos dan hanya menggunakan boxer saja sedang di urut. Namun lelaki itu berusaha payah menahan sakit di kakinya yang sedang di urut.

"Juna?"panggil Vella. Arjuna yang mendengar suara itu lantas mengangkat kepalanya sambil tersenyum.

"Vella?kamu di---ARGHHH SAKITT!!!" Lagi lagi Arjuna menjerit kesakitan saat tukang urut tersebut memulai aksi mengurutnya kembali.

Dengan kencang Arjuna menyembunyikan wajahnya di perut Vella memeluk gadis itu dengan kencang.

Vella terkejut atas tindakan Arjuna. Jantungnya berdegup keras saat Arjuna menyembunyikan wajahnya di perutnya. Ada sensasi geli di perutnya saat lelaki itu memeluk pinggangnya erat.

Vella mengelus rambut Arjuna lembut sambil beberapa kali mengucapkan kata 'tahan' untuk menenangkan bayi babonnya ini.

"Apaan anjir Septian sialan!katanya gila!pengen masuk rsj!tau gini nyesel gua percaya ama tu orang!awas aja lo tai!" gerutu Vella dalam hati.

Nafas Arjuna terdengar ngos ngos an saat tukang urut itu membereskan perlengakapannya.

Vella menatap Arjuna kasihan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan tunangannya ini?

Ya,walaupun awalnya Vella menolak keras namun lambat laun Vella mulai menerima pertunangan paksaan ini.

Aneh memang.

"Vell..."

Vella menunduk menatap Arjuna yang sudah mengangkat kepalanya dari perutnya.

"Maaf"lirihnya. Tatapannya terlihat sendu. Vella sebenarnya sudah melupakan kejadian itu. Namun rasa kecewanya mengalahkannya.

"Maaf den Juna non Vella saya pamit dulu ya,permisi" Vella hanya membalas dengan anggukan dan senyuman saja berbeda dengan Arjuna yang tetap fokus menatap Vella.

"Vella"rengek Arjuna sebal karena permintaan maafnya terkacangi.

"Apasi?!"

"Maafin gue"

"Lo kenapa bisa di urut?"tanya Vella. Sebenarnya ini hanya basa basi saja supaya mengalihkan obrolan tentang kejadian di cafe.

"Lo ngalihin pembicaraan Vella"

"Jawab gue Juna"lirih Vella.

Arjuna menghela nafasnya. Memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Vella.

"Kaki gua cuma kekilir dikit pas pengen ke apartemen lu" Vella menganggukkan kepalanya saat pertanyaannya sudah terjawab.

"Vel,maafin gua kek janji deh gua bakal turutin apa aja yang lu mau"ucap Arjuna akhirnya. Vella menatap Arjuna cepat dengan mata berbinar.

"Really?"

"Hm"

"Gua mau balikin hp gua!" Arjuna membelalakkan matanya terkejut.

"Dih apaan!gak gak---

"Iya atau gua gak akan pernah maafin lo?"

Arjuna mencebikkan bibirnya kesal. Berulang kali ia mengusap wajahnya kasar.

Berbeda dengan Vella yang sudah memasang wajah devil nya.

"Oke gua balikin hp lu dengan satu syarat---


















-Bersambung-

VELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang