"Bagas! Oper dong, bolanya!"
"Males, ah. Kalo mau, ambil aja sendiri."
"Bagas, ih!"
Bagas tertawa. Ia sengaja mengerjai Yura. Suka sekali melihat ekspresi kesalnya.
"Udah, lah. Capek."
Bagas menghentikan tawa. Ia melihat Yura berjalan menuju pinggir lapangan. "Kok udah capek? Belum juga lima menit."
Yura duduk di sebuah bangku sambil memainkan ponsel. "Kamu main sendiri aja."
Selalu seperti itu. Padahal Bagas tadi senang sekali. Saat mendekat, Bagas melihat Yura tertawa-tawa sendiri sambil memandangi ponsel. Ia bahkan tak tertawa selebar itu saat bersama Bagas tadi.
*
"Happy birthday."
Bagas melebarkan mata. Terkejut. Tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini. Sejak dini hari tadi, Bagas bahkan tak bisa tidur. Menunggu Yura menghubunginya, mengucapkan 'selamat ulang tahun'. Sekadar obrolan singkat di-chat atau telepon beberapa detik Bagas akan sangat mensyukurinya. Dan apa yang terjadi padanya saat ini, bahkan melebihi ekspektasinya.
"Wah, keren banget!"
"Iya dong, kan special."
"Kamu yang buat?"
Yura tak menjawab. Ia meresponnya dengan tersenyum. Bagas baru tahu kalau Yura bisa menggambar sebagus ini. Walau, ia tak suka sebenarnya. Dari dulu, daripada gambar dan lukisan, Bagas lebih menyukai potret. Tak banyak orang tahu kalau Bagas suka dunia fotografi. Hanya beberapa orang terdekat. Ia sangsi Yura mengetahui hobinya. Sebab, Bagas sering bercerita tentang makanan apa yang dia suka, makanan apa yang dia benci, lain sebagainya, dan sesering itu juga Yura melupakannya.
"Aku itu nggak suka durian. Apapun yang berhubungan sama durian juga."
Yura membelalak, "Serius? Buah seenak itu kamu nggak suka?!" serunya sambil melipat bibir ke dalam. Menahan tawa.
"Jangan ketawain aku." Bagas mendengus kesal. "Cium baunya aja aku pusing, apalagi makan."
Dan keesokan harinya.
"Kita makan es krim durian, yuk!" ajak Yura riang.
"Aku 'kan pernah bilang nggak suka apapun yang berbau durian."
"Oh, ya?" Yura mengerutkan dahi, "Kapan?"
Semudah itu Yura melupakannya.
Dan di hari special Bagas, di hari bahagianya, cowok itu lega Yura tak melupakan ulang tahunnya. Yura bahkan memberinya kado. Tak masalah. Apapun yang Yura kasih, Bagas akan tetap menyukainya. Ia akan menjaga kado pertama Yura ini dengan baik.
Bagas tersenyum usai menjauhkan wajahnya. Ia mengusap puncak kepala Yura gemas karena wajah gadis itu mendadak memerah setelah Bagas memberikan kecupan singkat di pipinya. "Itu... tanda terima kasih."
Yura terkejut. Bagas dengan jelas melihatnya. Cewek itu terdiam sekitar satu menitan. Sampai ia beringsut menjauh. Membentang beberapa meter jarak dari Bagas.
"Jangan kayak gitu lagi."
Bagas mengernyit, "Hng?"
"Aku... nggak nyaman."
Bagas bingung, tentu saja. Apalagi setelah itu, Yura pergi meninggalkannya. Tanpa mengatakan apapun.
*
“Ya udah, boleh.”
Yura tersenyum, menerima komik dari tangan Saras—teman seangkatannya tapi beda kelas. Yura lagi senang-senangnya baca komik. Dan komik yang tadinya berada di tangan Arin tapi sekarang sudah ia pegang ini adalah komik fantasi yang Yura cari-cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Bagas! ✔
Teen FictionPetaka itu dimulai ketika Ayana iseng mengirim pesan ke kontak WhatsApp cowok yang ia taksir. -Oct, 2019 by auliadv All Rights Reserved