"Gila setannya serem banget, asli!"
"Ya ampun!"
"Astagaa!"
"Aaaaaa!"
Yura mengatur deru napasnya sambil sesekali mengusap dada karena terkejut. Ia melirik Bagas yang lagi diam di sebelahnya. Aneh. Biasanya kalau lagi nonton film horor, mereka berdua pasti paling berisik. "Kamu sakit?" tanya Yura. Bagas menggeleng. "Kenapa diem aja dari tadi? Tumben."
"Oh, ya?"
Sejak tadi, sesuatu menganggu pikirannya. Apa nyeri haid sesakit itu sampai-sampai Ayana terlihat seperti ikan yang kehabisan air begitu. "Ra," panggil Bagas.
"Hm."
"Kamu pernah nyeri haid?"
Yura mengernyit. "Emang kenapa?"
Bagas menggeleng, "Enggak. Lupain aja." lalu kembali melamun seperti tadi sambil makan pop corn.
Yura menghela napas. "Segitu khawatirnya kamu sama Ayana?"
"Hng?"
Bagas menahan lengan Yura ketika cewek itu bangkit dari duduknya. "Mau ke mana?"
"Pulang."
*
"Bagas, makan malam! Ajak abangmu sekalian!"
"Iya!"
Bagas bangkit dari acara berbaringnya. Ketika membuka pintu kamar, ia dikejutkan dengan kehadiran Bima "Apa? Dipanggil makan, tuh."
"Pinjem hape lo," katanya sambil mengulurkan tangan.
"Emang hape lo ke mana?"
"Lowbatt, lagi dicas. Gue butuh buat brosing tugas, nih! Cepet!"
Bagas mendecak kesal. Tapi akhirnya ia meminjamkan ponselnya juga. "Nanti kuotanya ganti!"
"Buset dah, pelit amat lo jadi adek!"
Bagas menuruni tangga dan sampai di meja makan. Mama dan Papa sudah di sana, beserta hidangan makan malam yang nampak menggugah selera.
"Abangmu mana?" tanya Widya sembari menyusun piring di atas meja.
"Ngerjain tugas," sahut Bagas sekenanya lalu membulatkan mata ketika melihat kepiting saus pedas di hadapannya. "Wah, makanan kesukaan Papa, nih!" Kesukaan Bagas juga sih, sebenarnya.
"Tapi, tumben Papa biasa aja." Bagas mengerutkan dahi melihat Hadi seperti tak nafsu makan.
"Gusinya bengkak. Makanya nggak nafsu makan," jelas Widya menjawab pertanyaan Bagas. Mendadak, keisengannya muncul. "Wah, sayang banget, dong. Kepitingnya enak banget nih, pasti!"
Hadi melempar kulit pisang ke arah Bagas dengan kesal. "Makan tuh kepiting—aah!"
Bagas cekikikan. "Pelan-pelan aja ngomongnya, Pa. Kasihan gusinya. Hahah."
"Kamu tuh, ya, iseng banget. Nggak dikasih duit jajan baru tahu rasa." Widya menengahi.
"Potong aja duit jajannya, Ma! Bima sangat mendukung!"
Dengan santainya Bima mencomot sebuah pisang lalu memakannya. Ia duduk di samping Bagas dengan mata membulat lebar melihat sederet menu yang dihidangkan. Bima melirik Bagas mengulurkan tangan, "Hape."
Bima merogoh saku celana lalu memberikan ponsel itu ke Bagas. "Btw, lo ngapain brosing tentang menstruasi?"
Bagas terbatuk. "Kok lo buka-buka hape gue, sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Bagas! ✔
Teen FictionPetaka itu dimulai ketika Ayana iseng mengirim pesan ke kontak WhatsApp cowok yang ia taksir. -Oct, 2019 by auliadv All Rights Reserved