#39 manis kalau lagi serius

9.7K 1.2K 36
                                    

Sebulan waktu berjalan, dan selama itu juga Ayana disibukkan dengan tumpukan tugas yang kurang manusiawi di samping sekolahnya menerapkan sistem Full Day School yang mana berarti sekolah satu hari penuh. Ayana lagi nyaman berselonjor di atas kasur sambil berkutat dengan layar laptop. Sesekali ia mengernyit dan mengedipkan mata ketika dirasa matanya sudah agak kelelahan karena terlalu lama memandangi layar laptop.

Ia mendengar suara ketukan pintu. Hingga saat pintu itu terbuka, ia melihat Nina, adiknya. Sedang melongokkan kepala dengan pintu yang terbuka setengah. “Kak, Nina mau pinjem buku gambar, dong. Buku gambar Nina udah penuh. Kata Bunda disuruh pinjem Kak Nana dulu, baru besok dibeliin sama Bunda.”

“Hm, ambil aja itu di kotak,” katanya tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari layar laptop.

“Kotak mana, Kak?”

“Kotak di bawah meja belajar.”

Nina memasuki kamar Ayana dan memiringkan kepala. Ia menemukan sebuah kotak yang mungkin dimaksud kakaknya itu. “Yang warna merah ini?”

“Iya, itu.”

Nina menyeret kotak karton yang bertuliskan ‘barang tak terpakai’ lalu mengambil sebuah buku vertikal dengan spiral di bagian atas. “Yang ada tulisannya drawing book ini, kan?”

“Hm.”

“Oke.” Setelah menemukan barang yang dibutuhkan, Nina mengembalikan kotak itu ke tempat semula, lalu berjalan ke kamarnya sendiri dan mulai mengerjakan tugas.

Ayana meregangkan badan. Rasanya tubuhnya mau remuk saja rasanya. Matanya juga sudah agak merah dan berair. Usai mematikan layar laptop, Ayana yang kelelahan pun lantas tertidur.

*

“Na, gue mau ke mal sama Bima. Mau ikut, nggak?”

“Ngapain?!” Ayana mendecak. “Yang ada gue jadi obat nyamuk.”

“Ya, enggak. Lo tetep jadi Ayana temen gue yang cantik, kok.”

“Tidak, terima kasih atas tawaran yang sama sekali nggak menyenangkan itu.”

Wina mendengus pendek. Ia membereskan semua barangnya di atas meja, lalu melambaikan tangan pada Ayana sebelum pergi. Tak lama, Ayana menyusul. Ia berjalan menuju parkiran motor kemudian meninggalkan area sekolah. Tapi, Ayana tak langsung pulang. Ingin mampir ke suatu tempat sebentar.

Motornya berhenti di sebuah kafe. Kafe yang waktu itu pernah sekali Ayana datangi. Kafe yang mengingatkan Ayana pada kejadian buruk, sebenarnya. Tapi entah kenapa, Ayana ingin datang saja. Seolah ada sesuatu yang menariknya datang ke mari.

“Kamu cewek yang nggak suka kopi itu, kan?”

Baru saja Ayana membuka pintu kafe, kedatangannya langsung disambut wajah terkejut seseorang. Namun, tak lama seseorang itu tersenyum. Ayana ikut tersenyum karena ia ingat orang itu. Orang yang sama dengan orang yang menyambutnya waktu pertama kali datang ke sini dulu. Bedanya, hari ini dia tidak lagi memberi Ayana setangkai mawar.

“Senang bertemu kamu lagi.”

Ayana mengangguk. “Saya juga senang bisa datang ke sini, lagi.”

“Saya Jo, pemilik kafe ini." Ia tersenyum, “Kamu?” Melihat Ayana tak kunjung menjawab, lelaki yang mengaku bernama Jo ini mengangguk mengerti. “Nggak papa. Yang penting kamu tau nama saya. Jangan lupa rekomendasikan ke teman-teman kamu untuk datang ke BitterSweet, ya? Oh, iya! Bilang juga kalau pemilik kafenya ganteng.”

Ayana tertawa. “Asal saya dapat milkshake gratis nggak masalah, sih.”

“Bisa diatur,” sahutnya sambil mengangkat ibu jari kanannya.

Hello, Bagas! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang