Yura bangkit dari berbaringnya kemudian duduk sebentar di atas ranjang sebab kepalanya masih agak pusing.
"Lo belum pulang?"
Usai mendongak dan menemukan seseorang yang berjalan ke arahnya, Yura mendesah malas. "Ngapain ke sini?"
"Lo masih sakit?"
Yura menggeleng. Bagas memberinya sebotol air mineral kemudian Yura meminumnya. Mendadak, satu pertanyaan muncul di kepala Yura. "Lo sama Ayana..., gimana?"
"Gimana apanya?"
"Lo..., beneran suka sama dia?"
Yura merutuk dalam hati. Kenapa juga dia menanyakan pertanyaan yang sudah ia tahu pasti jawabannya bakal seperti apa? Melihat Bagas tersenyum, rasanya Yura tak suka melihatnya.
"Gue beneran suka sama dia."
Yura tersenyum kernyih. Seperti dugaan. "Terus kenapa nggak jadian aja?"
Sembari duduk di ranjang sebelah ranjang Yura, kemudian Bagas membaringkan tubuhnya di sana. Lengannya menjadi bantalan kepala dengan wajah yang menghadap langit-langit. "Gue juga maunya gitu. Tapi, kayaknya dia nggak suka balik sama gue, deh."
"Oh, ya?" Yura ikut berbaring di ranjangnya. "Tapi, dia nggak kelihatan kayak gitu, deh."
"Gue pernah bilang suka ke dia. Bukannya bilang apa-apa, dia malah pergi gitu aja." Bagas menghela napas. "Gue pikir, mungkin gue terlalu cepat. Mungkin aja dia belum suka ke gue juga. Makanya, sampai sekarang, daripada bikin dia nggak nyaman dengan bahas hal yang kayak gitu, gue lebih biarin aja semuanya berjalan seperti biasa."
"Tapi lo tau nggak sih, Gas?"
Bagas menoleh.
"Cewek itu butuh kepastian."
Yura ikut menoleh. "Gue yakin, Ayana juga bakal mikir kayak gitu."
Bagas bangkit dari berbaringnya. Ia duduk menghadap Yura yang kini sedang ikut duduk dan menatapnya. "Gue anter pulang, ya?"
"Nggak usah."
Yura turun dari ranjang. Mengambil tas di bawah ranjang, lalu berjalan menuju pintu. Namun belum sampai pintu, langkah kakinya berhenti ketika pergelangan tangannya dicekal. Sontak Yura melepasnya perlahan.
"Lo itu masih sakit. Jangan bandel, kenapa, sih?!"
"Iya, gue tau lo masih temen gue. Tapi gue bukan anak lo. Nggak perlu overprotective. Gue bisa jaga diri gue sendiri."
Dan lagi, gue juga nggak mau terlalu bergantung sama lo.
*
Bagas dan Ayana sedang duduk berhadapan. Namun, tidak ada pembicaraan. Pikiran mereka terbang kemana-mana. Ayana yang memikirkan perkataan Wina, sementara Bagas yang memikirkan perkataan Yura.
"Ayana."
"Bagas."
Mereka terdiam sejenak, kemudian tertawa.
"Lo duluan aja."
"Nggak, lo duluan."
"Nggak usah, lo aja."
Bagas mendengus geli. Hingga seketika ia mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius. Sembari menghela napas sejenak sebelum melanjutkan bicara.
"Weekend ini lo ada acara?"
Ayana merapatkan bibir. Kemudian setelah itu mulai menggeleng pelan. "Kenapa?"
"Mau ke pantai, nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Bagas! ✔
Подростковая литератураPetaka itu dimulai ketika Ayana iseng mengirim pesan ke kontak WhatsApp cowok yang ia taksir. -Oct, 2019 by auliadv All Rights Reserved